Mohon tunggu...
RIZKI IKA YP
RIZKI IKA YP Mohon Tunggu... Freelancer - SHARING IS CARING, THO THE WORDS

Seorang yang sedang belajar menulis ketika lisan tak cukup mampu mengungkap apa yang ada di dalam pikiran. Reach me on Telegram : heyouawesome

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kematian Seorang Pendosa

7 April 2022   14:10 Diperbarui: 7 April 2022   14:17 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Di luar rumah sudah ramai orang berkumpul tetapi mereka hanya berani mengintip dan berbisik dari luar rumah saja. Takut untuk masuk apalagi ikut campur.

"Ayo cepat yang laki-laki masuk ke sana. Kasian Lastri, takut malah kenapa-kenapa nantinya." Seru beberapa tetangga perempuan Lastri.

"Hadi, ayo kita lapor ke kantor polisi. Ini sudah tidak bisa dibiarkan! Kasian mbakmu dipukulin terus. Mana ada bayi pula di dalam." Ucap pak RT tidak kalah panik.

"Baik pak, ayo kita ke polsek sekarang!"

Setelah 20 menit berlalu, akhirnya mereka kembali beserta 5 orang laki-laki berseragam polisi. Tak lama Bowo diarak keluar dengan borgol terpasang di kedua tangannya. Riuh suara ramai orang di depan rumahnya Lastri mengeluarkan hujatan dan cacian bagi Bowo.

"Jangan pernah kamu berani ke sini lagi, Bowo! Kami ga akan membiarkan kamu menginjakkan kaki lagi ke rumah ini!" Ucap bapak mertuanya lantang.                                                                                                                                                                                                                                                            

***

Semesta, April 2004

Waktu berjalan begitu cepat namun tak sedetik pun ia mengingat Tuhannya. Tak satupun teguran Sang Maha benar mampu menggetarkan hatinya. Hidupnya makin hari makin tak terarah. Sudah 13 tahun berlalu pasca ia bercerai dan tinggal terpisah dari Lastri dan anaknya namun tak mengubah apapun dalam hidupnya.

Bowo mengaduh ketika kaki kirinya diperban dan terlihat bengkok karena kecelakaan motor yang dialaminya kemarin. Rasa nyeri begitu nyata ia rasakan. Namun tidak ada satupun perubahan perilaku nampak padanya. Ia masih saja seorang laki-laki yang keras, kasar, sombong, egois dan mau menang sendiri. Bahkan dengan berjalan pincang pun ia tetap saja berjalan pongah di atas bumi ini.

"Mbok bertobat sama Allah mas, sudah begini kok belum kapok juga tho." Nasihat Atin, adik perempuan Bowo sambil membawakan makanan baginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun