AbstrakÂ
 Dalam mengembangkan aplikasi berbasis web perlu menentukan metode manajemen proyek yang paling efektif sehingga dapat memenuhi kebutuhan. Dalam penelitian ini melakukan perbandingan efektivitas dan efisiensi dua pendekatan manajemen proyek yang umum digunakan yaitu Agile dan PMBOK. Penelitian ini menggunakan perbandingan analisis WBS, Gantt Chart dan PERT Chart, disertai evaluasi waktu dengan target pengerjaan dan biaya proyek dengan durasi tiga bulan. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa metode Agile lebih efektif dan efisien untuk proyek dengan tingkat fleksibilitas tinggi, sementara PMBOK lebih sesuai untuk proyek yang membutuhkan kontrol ketat. Dari penelitian ini ditentukan bahwa Agile lebih efektif digunakan dalam proyek pengembangan aplikasi web untuk monitoring kesehatan karyawan dalam durasi waktu yang ditentukan.
Kata Kunci : Manajemen Proyek, PMBOK, Agile, Kesehatan.
Pendahuluan
Pasca pandemi COVID-19, perusahaan menghadapi tantangan dalam memastikan kesehatan karyawan melalui monitoring kesehatan harian, khususnya dalam transisi dari Work From Home (WFH) ke Work From Office (WFO). Proses monitoring yang masih dilakukan secara manual tidak hanya memakan waktu tetapi juga meningkatkan risiko kesalahan pencatatan data, seperti duplikasi atau kehilangan informasi. Hal ini menghambat produktivitas perusahaan, sehingga diperlukan solusi berupa aplikasi berbasis web untuk mempermudah dan mempercepat proses monitoring kesehatan secara lebih efisien dan akurat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dua metode manajemen proyek yang sering digunakan, yaitu Agile dan PMBOK, dalam konteks pengembangan aplikasi berbasis web dengan target penyelesaian tiga bulan. Fokus utama penelitian adalah menentukan metode yang paling efektif dan efisien dalam menyelesaikan proyek dengan batasan waktu yang ketat tanpa mengorbankan kualitas dan pengendalian proses. Dengan menggunakan alat seperti WBS, Gantt Chart, dan PERT Chart, penelitian ini mengkaji fleksibilitas Agile dan kontrol sistematis PMBOK dalam mendukung keberhasilan proyek.
Penelitian ini diharapkan menghasilkan rekomendasi berbasis bukti mengenai metode manajemen proyek yang lebih unggul untuk pengembangan aplikasi web. Analisis ini melibatkan evaluasi durasi penyelesaian, efisiensi biaya, dan kemampuan mengelola perubahan selama proyek berlangsung. Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi panduan praktis bagi organisasi dalam memilih metode yang tepat untuk menghadapi proyek dengan batasan waktu dan sumber daya, serta memberikan kontribusi pada pengembangan praktik manajemen proyek yang lebih adaptif dan efisien.
Â
Signifikansi Studi
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya sudah membahas tentang metode Agile dan PMBOK sebagai pendekatan utama dalam manajemen proyek, menekankan keunggulan dan tantangan dari masing-masing metode [1]. Agile menawarkan fleksibilitas tinggi melalui iterasi pendek dan kolaborasi intensif di antara anggota tim [2]. Pendekatan ini memungkinkan tim untuk merespons perubahan kebutuhan proyek secara cepat [3]. Penelitian lain menemukan bahwa metode Agile secara efektif mengurangi risiko proyek karena pendekatan iteratifnya yang memungkinkan identifikasi dan mitigasi risiko pada tahap awal pengembangan [4].
Sebaliknya menurut beberapa penelitian sebelumnya juga membahas bahwa PMBOK adalah kerangka kerja yang lebih terstruktur [5]. PMBOK menawarkan panduan menyeluruh melalui sepuluh area pengetahuan, termasuk manajemen waktu, biaya, risiko, dan sumber daya manusia. Kerangka ini terbukti efektif dalam menangani proyek berskala besar atau yang memiliki kompleksitas tinggi [6]. Penerapan PMBOK dalam pengembangan ERP membantu meminimalkan risiko melalui pendekatan sistematis yang mengintegrasikan kebutuhan pemangku kepentingan secara mendalam [7]. Selain itu dapat membantu UKM memenuhi tenggat waktu proyek dengan lebih baik, terutama dalam proyek teknik [8].
Penelitian sebelumnya juga melakukan pendekatan model secara hybrid, yang menggabungkan fleksibilitas Agile dengan struktur PMBOK sebagai solusi optimal untuk lingkungan proyek yang dinamis. Dengan menggunakan pendekatan ini, organisasi dapat memanfaatkan kekuatan Agile dalam iterasi cepat sambil tetap mengikuti struktur perencanaan PMBOK untuk menjaga kendali terhadap biaya dan sumber daya [9]. Namun, beberapa jurnal menunjukkan bahwa penerapan Agile membutuhkan perubahan budaya organisasi yang signifikan, termasuk adopsi nilai kolaboratif dan iteratif yang mungkin sulit bagi organisasi yang terbiasa dengan model tradisional [10].
Berdasarkan dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa metode Agile lebih cocok untuk proyek dengan kebutuhan yang berubah-ubah, terutama di sektor teknologi informasi, karena fleksibilitas dan kecepatannya dalam adaptasi. Namun, untuk proyek berskala besar yang melibatkan banyak pemangku kepentingan dan membutuhkan kontrol biaya yang ketat, PMBOK memberikan keunggulan dengan struktur perencanaannya yang matang [11].Â
Pengumpulan data
Data yang digunakan meliputi data kesehatan harian dan melakukan wawancara dengan pemangku kepentingan di perusahaan untuk menentukan kebutuhan utama aplikasi. Informasi yang dikumpulkan mencakup persyaratan teknis aplikasi, alur kerja yang diharapkan, dan tantangan utama yang harus diatasi selama proses pengembangan. Setelah data kebutuhan dihimpun, simulasi dilakukan menggunakan kerangka kerja Agile dan PMBOK secara terpisah untuk melihat bagaimana masing-masing metode merespons kebutuhan tersebut. Proses simulasi ini mencakup penguraian tugas melalui Work Breakdown Structure (WBS), pengembangan jadwal menggunakan Gantt chart dan PERT chart, serta perhitungan efisiensi biaya dan waktu pada setiap metode.
Tinjauan Pustaka
Pendekatan Agile dan PMBOK merupakan dua metode manajemen proyek yang sering digunakan dalam pengembangan aplikasi dan sistem teknologi. Agile dikenal dengan pendekatan iteratif yang fleksibel, di mana proyek dibagi menjadi beberapa siklus kerja pendek yang disebut sprint. Metode ini memungkinkan tim untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan dan prioritas selama proyek berlangsung, menjadikannya pilihan yang ideal untuk proyek yang dinamis. Sebaliknya, PMBOK (Project Management Body of Knowledge) adalah pendekatan terstruktur yang menggunakan kerangka kerja sistematis untuk mengelola proyek. PMBOK berfokus pada perencanaan yang rinci, pengendalian ruang lingkup, waktu, biaya, serta mitigasi risiko, sehingga lebih cocok untuk proyek dengan persyaratan yang stabil dan kontrol ketat.
Pendekatan Agile dalam siklus iteratif seperti yang ditunjtujan pada Gambar 1 terdiri dari lima tahap utama. Tahap pertama dimulai dengan evaluasi proses dan struktur organisasi saat ini untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Selanjutnya, pada tahap kedua, dilakukan perancangan solusi aplikasi bersama klien untuk mengoptimalkan proses dan meningkatkan efisiensi. Tahap ketiga mencakup implementasi, konstruksi, dan pengujian aplikasi untuk memastikan solusi berjalan sesuai kebutuhan. Pada tahap keempat, dilakukan evaluasi dan pemantauan untuk menilai kinerja serta keberhasilan proses. Terakhir, tahap kelima melibatkan analisis berkelanjutan guna mengidentifikasi peluang peningkatan lebih lanjut, yang kemudian memulai kembali siklus iterasi ini. Pendekatan ini memungkinkan tim untuk terus meningkatkan solusi secara adaptif dan responsif terhadap kebutuhan klien.
Gambar 2. PMBOK Methodology [13]
Area pengetahuan dalam PMBOK (Project Management Body of Knowledge), yang terdiri dari sepuluh elemen utama seperti yang terdapat pada Gambar 2. Elemen-elemen ini mencakup manajemen integrasi, ruang lingkup, jadwal, biaya, dan kualitas, yang berfokus pada aspek teknis dan operasional pengelolaan proyek. Di sisi lain, elemen seperti manajemen sumber daya, komunikasi, risiko, pengadaan, dan pemangku kepentingan menyoroti pentingnya koordinasi antar tim, mitigasi risiko, dan keterlibatan stakeholder dalam mencapai keberhasilan proyek. Kesepuluh area ini bekerja secara holistik untuk memberikan kerangka kerja terstruktur yang membantu memastikan proyek berjalan sesuai dengan tujuan, waktu, anggaran, dan standar kualitas yang ditetapkan.
Breakdown Structure (WBS) sebagai alat utama dalam perencanaan dan pengelolaan proyek. WBS dipilih karena kemampuannya untuk memecah proyek menjadi unit kerja yang lebih kecil dan terstruktur, sehingga memudahkan tim untuk memahami, mengatur, dan melaksanakan setiap komponen pekerjaan secara efisien. Dengan menggunakan WBS, tugas-tugas yang kompleks dapat dirinci menjadi elemen yang lebih spesifik dan terukur, yang pada akhirnya membantu dalam pengalokasian waktu, sumber daya, dan tanggung jawab yang jelas untuk setiap anggota tim. Penerapan WBS dalam penelitian ini bertujuan untuk membantu dalam mengidentifikasi tugas kritis yang harus diselesaikan sesuai prioritas, sehingga mendukung pengelolaan waktu yang lebih efektif. WBS tidak hanya berfungsi sebagai alat perencanaan, tetapi juga sebagai dasar untuk menganalisis kemajuan proyek, mengidentifikasi hambatan, dan memastikan bahwa tujuan proyek tercapai secara tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan [14].
Gantt Chart dan PERT Chart adalah alat visualisasi yang digunakan untuk merencanakan dan memantau jadwal proyek. Gantt Chart membantu memvisualisasikan urutan tugas, durasi, serta ketergantungan antar tugas dalam garis waktu yang jelas, sehingga memungkinkan tim untuk mengelola jadwal dengan lebih efektif. PERT Chart, di sisi lain, lebih fokus pada analisis jalur kritis (critical path) dan estimasi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Dalam Agile, Gantt Chart digunakan untuk mengelola jadwal sprint, sedangkan PERT Chart dapat membantu menganalisis jalur kritis dalam pengelolaan backlog. Pada PMBOK, kedua alat ini berfungsi untuk mendukung perencanaan terperinci dan pengendalian jadwal yang sistematis, sehingga memastikan bahwa proyek berjalan sesuai rencana dan target waktu yang telah ditetapkan.
   Hasil dan Pembahasan
Penyusunan WBS ini melibatkan berbagai tahapan, mulai dari perencanaan sistem, desain, pengembangan fitur, pengujian, hingga penerapan dan pemeliharaan. Setiap tahap dirancang untuk memastikan bahwa pengembangan sistem berjalan sesuai jadwal, anggaran, dan spesifikasi yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, WBS akan disusun dengan dua pendekatan, yaitu menggunakan metode Agile dan PMBOK, untuk mengkaji efektivitas masing-masing metode dalam pengelolaan proyek ini. Dengan adanya WBS, proses pengembangan sistem tidak hanya dapat dikelola secara lebih sistematis, tetapi juga memastikan bahwa setiap elemen kerja memiliki tujuan yang jelas dan terintegrasi ke dalam alur kerja keseluruhan.
Pada WBS menggunakan metode Agile pada gambar 3, diorganisasi ke dalam empat sprint. Sprint 1 berfokus pada analisis dan desain sistem, dengan durasi 9 hari. Sprint 2 mencakup pengembangan modul dengan durasi 12 hari. Sprint 3 diarahkan pada pengujian dan penyempurnaan, termasuk unit testing, integration testing, dan user testing, dengan durasi 10 hari. Sprint 4 melibatkan deployment ke lingkungan produksi serta pemeliharaan dan perbaikan system dengan durasi 11 hari. Setiap sprint dirancang untuk menyelesaikan bagian spesifik proyek secara bertahap, memastikan efisiensi dan fleksibilitas dalam proses pengembangan.
Pada WBS menggunakan metode menggunakan metode PMBOK pada gambar 4, terbagi dalam lima fase utama. Fase Initiating dengan durasi 10 hari mencakup pengembangan charter proyek dan identifikasi stakeholder. Fase Planning dengan durasi 20 hari melibatkan perencanaan ruang lingkup. Fase Executing dengan durasi 25 hari mencakup pengembangan tim proyek, manajemen pelaksanaan pekerjaan, dan jaminan kualitas. Fase Monitoring and Controlling dengan durasi 16 hari berfokus pada pemantauan ruang lingkup, progres jadwal, dan pengendalian risiko. Fase Closing dengan durasi 10 hari melibatkan dokumentasi penutupan proyek dan pelajaran yang dipetik. Struktur ini memastikan pengelolaan proyek yang terencana, terkontrol, dan sistematis.
Gantt Chart akan dibuat berdasarkan WBS yang telah disusun untuk metode Agile dan PMBOK. Pada metode Agile, Gantt Chart akan memetakan siklus sprint dengan tugas-tugas yang terfokus pada iterasi singkat. Sementara itu, pada metode PMBOK, Gantt Chart dirancang untuk mencerminkan tahapan proyek secara rinci, Gantt Chart menjadi alat penting untuk mendukung keberhasilan proyek melalui pengelolaan waktu yang lebih efektif.
Gantt Chart pada gambar 5 dan 6 menunjukkan jadwal proyek pengembangan aplikasi menggunakan metode Agile. Gantt Chart ini memvisualisasikan jadwal tugas-tugas proyek, menunjukkan durasi, ketergantungan antar tugas, dan distribusi waktu setiap sprint untuk memastikan proyek berjalan sesuai rencana.
Setelah WBS dan Gantt Chart disusun menggunakan metode Agile dan PMBOK, langkah berikutnya adalah membuat PERT Chart untuk menganalisis durasi proyek secara lebih mendetail. Dengan PERT Chart, tim proyek dapat memprediksi estimasi waktu optimis, realistis, dan pesimis untuk setiap aktivitas, sehingga memungkinkan pengelolaan risiko keterlambatan secara proaktif. Hal ini memastikan bahwa proyek dapat diselesaikan tepat waktu sesuai target.
Gambar 7. PERT Chart pendekatan Agile
Pada metode Agile, PERT Chart gambar 7 dirancang untuk memetakan alur kerja berdasarkan sprint, dengan fokus pada iterasi yang fleksibel dan efisien. Setiap tahapan, mulai dari analisis dan desain hingga deployment dan maintenance, memiliki durasi yang lebih singkat dan saling terhubung secara langsung untuk mendukung proses iteratif yang dinamis.
Gambar 8. PERT Chart pendekatan PMBOK
PERT Chart untuk metode PMBOK pada gambar 8 menggambarkan struktur proyek yang lebih terorganisasi dan linier, mengikuti lima fase utama: initiating, planning, executing, monitoring and controlling, dan closing. Durasi yang lebih panjang pada beberapa fase, seperti planning dan executing, mencerminkan fokus PMBOK pada perencanaan rinci dan pengendalian proyek yang ketat.
Tabel I.Â
Komponen biaya pendekatan Agile
Komponen Biaya
Jumlah (IDR)
Biaya Tenaga Kerja
60,000,000
Biaya Perangkat Lunak & Alat
13,500,000
Biaya Overhead & Operasional
4,500,000
Total Biaya Proyek
78,000,000
Penjelasan komponen biaya pada table I menggunakan pendekatan Agile mencakup tiga kategori utama. Biaya tenaga kerja dialokasikan untuk dua programmer selama tiga bulan, masing-masing dengan gaji sebesar IDR 10,000,000 per bulan. Selanjutnya, biaya perangkat lunak dan alat mencakup pengeluaran untuk alat kolaborasi seperti Jira atau Slack sebesar IDR 1,500,000 per bulan, IDE berlisensi sebesar IDR 1,000,000 per bulan, dan hosting cloud sebesar IDR 2,000,000 per bulan. Terakhir, biaya overhead dan operasional meliputi internet, listrik, dan komunikasi sebesar IDR 500,000 per bulan, serta biaya dokumentasi dan rapat yang mencapai IDR 1,000,000 per bulan.
Tabel II.Â
Komponen biaya pendekatan PMBOK
Komponen Biaya
Jumlah (IDR)
Biaya Tenaga Kerja
60,000,000
Biaya Manajemen Proyek
36,000,000
Biaya Perangkat Lunak & Alat
19,500,000
Biaya Overhead & Operasional
6,000,000
Total Biaya Proyek
121,500,000
Penjelasan komponen biaya menggunakan pendekatan PMBOK pada table II mencakup beberapa kategori utama. Biaya tenaga kerja sama seperti pada metode Agile, yaitu untuk dua programmer selama tiga bulan dengan total IDR 60,000,000. Selain itu, terdapat biaya manajemen proyek yang meliputi gaji Project Manager sebesar IDR 12,000,000 per bulan selama tiga bulan. Biaya perangkat lunak dan alat mencakup tambahan alat perencanaan seperti Microsoft Project dengan biaya IDR 2,000,000 per bulan, ditambah dengan alat kolaborasi seperti Jira atau Slack, IDE berlisensi, dan hosting cloud. Terakhir, biaya overhead dan operasional meliputi pengeluaran untuk rapat, dokumentasi yang lebih mendalam, dan audit sebesar IDR 1,500,000 per bulan, serta biaya internet dan listrik.Â
Metode Agile tidak memiliki biaya khusus untuk manajemen proyek seperti pada metode PMBOK karena tanggung jawab manajerial sudah terdistribusi dalam struktur tim yang self-organizing. Dalam Agile, peran seperti Scrum Master dan Product Owner mengelola koordinasi dan prioritas proyek, sehingga tidak memerlukan Project Manager formal. Selain itu, biaya manajemen proyek dalam Agile sering kali dianggap sudah termasuk dalam biaya operasional tim. Sebaliknya, PMBOK memerlukan Project Manager untuk mengelola dokumen formal, risiko, dan pelaporan, yang menambah biaya manajemen. Pendekatan ini membuat Agile lebih hemat biaya dalam konteks manajemen proyek.
Berdasarkan hasil analisis dari ketiga alat tersebut, ditemukan bahwa metode Agile lebih fleksibel dan adaptif, memungkinkan penyelesaian tugas secara iteratif dan kolaboratif. Sebaliknya, metode PMBOK memberikan struktur yang lebih rigid dengan kontrol yang ketat terhadap ruang lingkup dan jadwal proyek. Gap empiris yang muncul antara kedua metode ini mencerminkan kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam konteks pengelolaan proyek yang membutuhkan penyelesaian cepat dan efisien. Oleh karena itu, tabel berikut akan merangkum empirical gap yang ditemukan berdasarkan perbedaan implementasi metode Agile dan PMBOK melalui analisis WBS, Gantt Chart, dan PERT Chart.
Tabel III.Â
Gap Empiris dua pendekatan
Aspek
Metode Agile
Metode PMBOK
Empirical Gap
Fleksibilitas
Sangat fleksibel dalam menangani perubahan kebutuhan proyek.
Kurang fleksibel, terutama dalam menghadapi perubahan mendadak.
Agile lebih cocok untuk proyek yang dinamis, tetapi PMBOK sulit diadaptasi jika kebutuhan proyek sering berubah.
Struktur
Kurang terstruktur; iterasi cepat tanpa dokumentasi formal yang mendalam.
Sangat terstruktur dengan panduan formal untuk setiap fase proyek.
Agile dapat kehilangan detail penting dalam proyek besar, sedangkan PMBOK terlalu kaku untuk proyek kecil dan iteratif.
Pengelolaan Risiko
Mengurangi risiko dengan iterasi dan evaluasi berulang.
Risiko dikelola melalui pendekatan sistematis berdasarkan analisis mendalam.
Agile dapat gagal menangani risiko strategis dalam proyek besar; PMBOK memerlukan lebih banyak waktu untuk mitigasi awal.
Keterlibatan Tim
Mengandalkan kolaborasi intensif tim dan pemangku kepentingan.
Menekankan peran manajer proyek dengan keterlibatan tim yang terstruktur.
Agile membutuhkan budaya kolaboratif tinggi, sementara PMBOK kurang memperhatikan interaksi dinamis tim.
Waktu Pelaksanaan
Iterasi pendek memungkinkan proyek selesai lebih cepat dalam situasi tertentu.
Proses perencanaan mendalam dapat memperlambat waktu awal proyek.
Agile lebih baik dalam proyek dengan tenggat waktu singkat, tetapi PMBOK unggul dalam proyek dengan jadwal jangka panjang.
Biaya
Lebih fleksibel tetapi berpotensi pemborosan jika tidak dikelola dengan baik.
Anggaran dikendalikan secara ketat melalui rencana biaya yang mendalam.
Agile cocok untuk proyek dengan perubahan kecil, tetapi PMBOK unggul dalam mengelola proyek dengan batasan anggaran ketat.
Kompleksitas Proyek
Sulit menangani proyek besar dengan banyak pemangku kepentingan dan kebutuhan dokumentasi yang tinggi.
Cocok untuk proyek besar dan kompleks dengan banyak pemangku kepentingan.
Agile lebih cocok untuk proyek kecil hingga menengah, sementara PMBOK lebih sesuai untuk proyek kompleks.
Empirical gap antara Agile dan PMBOK terutama terletak pada fleksibilitas, struktur, dan skala proyek. Agile unggul dalam kecepatan adaptasi dan keterlibatan tim yang intens, tetapi kurang ideal untuk proyek besar dan sangat kompleks. Di sisi lain, PMBOK memberikan struktur yang solid dan kontrol anggaran yang ketat, tetapi kurang fleksibel untuk proyek yang berubah-ubah.Â
Selain melakukan analisa dengan menggunakan WBS, Gantt Chart dan PERT Chart, telah dilakukan juga Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan lima peserta dengan latar belakang yang relevan dalam manajemen proyek dan pengembangan aplikasi. FGD ini bertujuan untuk melakukan verifikasi temuan penelitian yang membandingkan efektivitas metode Agile dan PMBOK dalam pengembangan aplikasi berbasis web. Diskusi dilakukan secara terstruktur untuk memperoleh wawasan kualitatif atas temuan penelitian.
Hasil diskusi dari 5 peserta menunjukkan bahwa metode Agile dinilai lebih efektif untuk proyek dengan batasan waktu yang ketat karena pendekatan iteratif dan fleksibilitasnya yang memungkinkan tim untuk menyesuaikan prioritas pekerjaan sesuai kebutuhan tanpa mengganggu alur proyek. Metode PMBOK diakui memberikan kontrol yang lebih ketat terhadap ruang lingkup dan risiko proyek, menjadikannya pilihan yang ideal untuk proyek yang lebih kompleks dan membutuhkan dokumentasi mendetail. Namun hasil dari diskusi mencatat bahwa tahap perencanaan dalam PMBOK membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan Agile.
Peserta sepakat bahwa penggunaan PERT Chart untuk menganalisis jalur kritis sangat penting untuk mengidentifikasi tugas-tugas yang berdampak langsung pada penyelesaian proyek, serta membantu memitigasi risiko keterlambatan secara proaktif. Sebagai rekomendasi, peserta menyarankan kombinasi kedua metode, di mana Agile digunakan untuk tahap pengembangan dengan fokus pada iterasi cepat, sedangkan PMBOK diterapkan pada perencanaan dan pengelolaan risiko untuk menjaga kualitas dan stabilitas proyek. Dengan demikian, hasil diskusi ini mendukung temuan penelitian sebelumnya dan memberikan validasi tambahan secara kualitatif bahwa kombinasi Agile dan PMBOK dapat menjadi solusi optimal untuk proyek dengan target waktu ketat.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa metode Agile dan PMBOK memiliki keunggulan masing-masing yang sesuai dengan karakteristik proyek tertentu.
Agile lebih unggul dalam proyek yang membutuhkan fleksibilitas tinggi dan penyelesaian cepat. Pendekatan iteratif Agile memungkinkan tim untuk beradaptasi dengan perubahan kebutuhan, memprioritaskan fitur utama, dan mencapai hasil dalam waktu singkat. Hal ini menjadikannya ideal untuk proyek dinamis seperti pengembangan aplikasi web monitoring kesehatan karyawan.
PMBOK, dengan kerangka kerja yang lebih terstruktur, lebih cocok untuk proyek berskala besar dan kompleks yang memerlukan kontrol ketat terhadap ruang lingkup, waktu, biaya, dan risiko. Metode ini memastikan stabilitas dan kualitas hasil akhir meskipun membutuhkan waktu dan biaya lebih banyak pada tahap perencanaan.
Penelitian ini juga menemukan bahwa kombinasi kedua metode dapat menjadi pendekatan optimal. Agile dapat digunakan pada tahap pengembangan untuk memanfaatkan fleksibilitasnya, sementara PMBOK diterapkan pada perencanaan dan pengelolaan risiko untuk menjaga stabilitas proyek.
Saran
Praktisi:
Organisasi disarankan memilih metode manajemen proyek berdasarkan kebutuhan spesifik proyek mereka. Untuk proyek dengan tenggat waktu ketat dan perubahan kebutuhan yang sering, Agile adalah pilihan yang tepat. Sebaliknya, PMBOK lebih ideal untuk proyek dengan spesifikasi tetap dan risiko tinggi. Pendekatan hybrid dapat menjadi solusi bagi proyek yang membutuhkan fleksibilitas sekaligus kontrol.
Peneliti:
Penelitian lebih lanjut dapat mengeksplorasi implementasi nyata dari pendekatan hybrid Agile dan PMBOK dalam berbagai jenis proyek, termasuk pengembangan perangkat lunak non-web. Studi komparatif dengan metode manajemen proyek lainnya seperti Scrum atau PRINCE2 juga dapat memberikan wawasan tambahan.
Organisasi:
Penting untuk mempertimbangkan budaya organisasi dan kesiapan tim sebelum mengadopsi metode tertentu. Penerapan Agile memerlukan kolaborasi yang intensif dan adaptasi budaya kerja yang iteratif, sementara PMBOK membutuhkan dokumentasi dan struktur yang mendalam.
Referensi
[1]T. Thesing, C. Feldmann, and M. Burchardt, "Agile versus Waterfall Project Management: Decision model for selecting the appropriate approach to a project," in Procedia Computer Science, Elsevier B.V., 2021, pp. 746--756. doi: 10.1016/j.procs.2021.01.227.
[2]K. Jrvinen and A. Soini, "Project Management Selection Criteria Which Is Better, Traditional Or Agile Method?," 2023.
[3]M. Moschella, "Agile Project Design: a systematic literature review on Agile Education applied to design," Form@re - Open Journal per la formazione in rete, vol. 20, no. 2, pp. 86--102, 2020, doi: 10.13128/form-8453.
[4]M. Elkhatib, A. Al Hosani, I. Al Hosani, and K. Albuflasa, "Agile Project Management and Project Risks Improvements: Pros and Cons," Modern Economy, vol. 13, no. 09, pp. 1157--1176, 2022, doi: 10.4236/me.2022.139061.
[5]M. Khalilzadeh and A. M. Alikhani, "The Effects of PMBOK Knowledge Areas on the Phases of ERP Implementation," Industrial Engineering & Management Systems, vol. 19, no. 1, pp. 242--253, Mar. 2020, doi: 10.7232/iems.2020.19.1.242.
[6]M. Hinostroza, P. Chavez, V. Nuez, and C. Raymundo, "Application of PMBOK to improve the deadline of projects in SMEs engineering consultancies," in Smart Innovation, Systems and Technologies, Springer Science and Business Media Deutschland GmbH, 2019, pp. 487--494. doi: 10.1007/978-3-030-16053-1_47.
[7]K. H. Ng, C. Wang, J. B. H. Yap, L. C. Wood, and S. Krisnan, "Project management body of knowledge for motion picture production in a fast-developing economy," South African Journal of Business Management, vol. 51, no. 1, 2020, doi: 10.4102/SAJBM.V51I1.1458.
[8]P. N. Khimsaria, "Title: Interactions among PMBoK Knowledge Areas in the Context of Project Management Challenges," 2022.
[9]R. Gajera, "Developing a Hybrid Approach: Combining Traditional and Agile Project Management Methodologies in Construction Using Modern Software Tools," ESP Journal of Engineering & Technology Advancements, vol. 3, no. 3, pp. 78--83, Oct. 2023, doi: 10.56472/25832646/JETA-V3I7P110.
[10]E. Chibuike Daraojimba, C. Nnamdi Nwasike, A. Oluwatoyin Adegbite, C. Alex Ezeigweneme, and J. Osheyor Gidiagba, "COMPREHENSIVE REVIEW OF AGILE METHODOLOGIES IN PROJECT MANAGEMENT," Computer Science & IT Research Journal, vol. 5, no. 1, pp. 190--218, 2024, doi: 10.51594/csitrj.v5i.717.
[11]M. Thite, "Agile approach to e-HRM project management," 2018. [Online]. Available: https://www.researchgate.net/publication/324330256
[12]U. Abeythilake, "Agile Methodology," Medium.com.
[13]Y. Senapathy, "PMBOK 7th Edition Guide 2024: Release Date, Latest Version Changes, PMI Knowledge Areas for Project Management (PMP)," https://www.4pmti.com/.
[14]S. Ferguson, "Work Breakdown Structure (WBS): The Complete Guide," https://www.project.co/work-breakdown-structure/.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai artikel jurnal ini bisa menghubungi email: heri.priyadi22@gmail.com atau Herry Online Store (Tokopedia) ... Terimakasih...
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI