Beberapa penelitian sebelumnya sudah membahas tentang metode Agile dan PMBOK sebagai pendekatan utama dalam manajemen proyek, menekankan keunggulan dan tantangan dari masing-masing metode [1]. Agile menawarkan fleksibilitas tinggi melalui iterasi pendek dan kolaborasi intensif di antara anggota tim [2]. Pendekatan ini memungkinkan tim untuk merespons perubahan kebutuhan proyek secara cepat [3]. Penelitian lain menemukan bahwa metode Agile secara efektif mengurangi risiko proyek karena pendekatan iteratifnya yang memungkinkan identifikasi dan mitigasi risiko pada tahap awal pengembangan [4].
Sebaliknya menurut beberapa penelitian sebelumnya juga membahas bahwa PMBOK adalah kerangka kerja yang lebih terstruktur [5]. PMBOK menawarkan panduan menyeluruh melalui sepuluh area pengetahuan, termasuk manajemen waktu, biaya, risiko, dan sumber daya manusia. Kerangka ini terbukti efektif dalam menangani proyek berskala besar atau yang memiliki kompleksitas tinggi [6]. Penerapan PMBOK dalam pengembangan ERP membantu meminimalkan risiko melalui pendekatan sistematis yang mengintegrasikan kebutuhan pemangku kepentingan secara mendalam [7]. Selain itu dapat membantu UKM memenuhi tenggat waktu proyek dengan lebih baik, terutama dalam proyek teknik [8].
Penelitian sebelumnya juga melakukan pendekatan model secara hybrid, yang menggabungkan fleksibilitas Agile dengan struktur PMBOK sebagai solusi optimal untuk lingkungan proyek yang dinamis. Dengan menggunakan pendekatan ini, organisasi dapat memanfaatkan kekuatan Agile dalam iterasi cepat sambil tetap mengikuti struktur perencanaan PMBOK untuk menjaga kendali terhadap biaya dan sumber daya [9]. Namun, beberapa jurnal menunjukkan bahwa penerapan Agile membutuhkan perubahan budaya organisasi yang signifikan, termasuk adopsi nilai kolaboratif dan iteratif yang mungkin sulit bagi organisasi yang terbiasa dengan model tradisional [10].
Berdasarkan dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa metode Agile lebih cocok untuk proyek dengan kebutuhan yang berubah-ubah, terutama di sektor teknologi informasi, karena fleksibilitas dan kecepatannya dalam adaptasi. Namun, untuk proyek berskala besar yang melibatkan banyak pemangku kepentingan dan membutuhkan kontrol biaya yang ketat, PMBOK memberikan keunggulan dengan struktur perencanaannya yang matang [11].Â
Pengumpulan data
Data yang digunakan meliputi data kesehatan harian dan melakukan wawancara dengan pemangku kepentingan di perusahaan untuk menentukan kebutuhan utama aplikasi. Informasi yang dikumpulkan mencakup persyaratan teknis aplikasi, alur kerja yang diharapkan, dan tantangan utama yang harus diatasi selama proses pengembangan. Setelah data kebutuhan dihimpun, simulasi dilakukan menggunakan kerangka kerja Agile dan PMBOK secara terpisah untuk melihat bagaimana masing-masing metode merespons kebutuhan tersebut. Proses simulasi ini mencakup penguraian tugas melalui Work Breakdown Structure (WBS), pengembangan jadwal menggunakan Gantt chart dan PERT chart, serta perhitungan efisiensi biaya dan waktu pada setiap metode.
Tinjauan Pustaka
Pendekatan Agile dan PMBOK merupakan dua metode manajemen proyek yang sering digunakan dalam pengembangan aplikasi dan sistem teknologi. Agile dikenal dengan pendekatan iteratif yang fleksibel, di mana proyek dibagi menjadi beberapa siklus kerja pendek yang disebut sprint. Metode ini memungkinkan tim untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan dan prioritas selama proyek berlangsung, menjadikannya pilihan yang ideal untuk proyek yang dinamis. Sebaliknya, PMBOK (Project Management Body of Knowledge) adalah pendekatan terstruktur yang menggunakan kerangka kerja sistematis untuk mengelola proyek. PMBOK berfokus pada perencanaan yang rinci, pengendalian ruang lingkup, waktu, biaya, serta mitigasi risiko, sehingga lebih cocok untuk proyek dengan persyaratan yang stabil dan kontrol ketat.
Pendekatan Agile dalam siklus iteratif seperti yang ditunjtujan pada Gambar 1 terdiri dari lima tahap utama. Tahap pertama dimulai dengan evaluasi proses dan struktur organisasi saat ini untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Selanjutnya, pada tahap kedua, dilakukan perancangan solusi aplikasi bersama klien untuk mengoptimalkan proses dan meningkatkan efisiensi. Tahap ketiga mencakup implementasi, konstruksi, dan pengujian aplikasi untuk memastikan solusi berjalan sesuai kebutuhan. Pada tahap keempat, dilakukan evaluasi dan pemantauan untuk menilai kinerja serta keberhasilan proses. Terakhir, tahap kelima melibatkan analisis berkelanjutan guna mengidentifikasi peluang peningkatan lebih lanjut, yang kemudian memulai kembali siklus iterasi ini. Pendekatan ini memungkinkan tim untuk terus meningkatkan solusi secara adaptif dan responsif terhadap kebutuhan klien.
Gambar 2. PMBOK Methodology [13]
Area pengetahuan dalam PMBOK (Project Management Body of Knowledge), yang terdiri dari sepuluh elemen utama seperti yang terdapat pada Gambar 2. Elemen-elemen ini mencakup manajemen integrasi, ruang lingkup, jadwal, biaya, dan kualitas, yang berfokus pada aspek teknis dan operasional pengelolaan proyek. Di sisi lain, elemen seperti manajemen sumber daya, komunikasi, risiko, pengadaan, dan pemangku kepentingan menyoroti pentingnya koordinasi antar tim, mitigasi risiko, dan keterlibatan stakeholder dalam mencapai keberhasilan proyek. Kesepuluh area ini bekerja secara holistik untuk memberikan kerangka kerja terstruktur yang membantu memastikan proyek berjalan sesuai dengan tujuan, waktu, anggaran, dan standar kualitas yang ditetapkan.