Tapi seharusnya bukan begini. Setelah tunangan itu dia berjanji akan menyiapkan keperluan mahar dan pelaminan dengan semeriah mungkin. Ini juga bagian ujian dari Sarah dan Samira. Luar biasa, Jhin berjuang mati matian untuk itu. Sampai malam di mana Jhin ingin minta pembuktian bahwa apakah aku serius atau memainkannya.Â
Ah..apakah ini perangkapnya. Sial.
"Jika kau berpikiran tentang arti dari tunangan bagiku, aku akan jawab sangat berarti" ucap Jhin seolah tahu lamunanku. "Tapi seberarti itu jika kau melihat kemampuanku yang hampir compang camping ini dalam mencukupi maumu dan orang tuamu, kau keliru bila mengatakanku mampu."
"Kau mau menyerah dengan itu. Jadi umpanmu terhadapku adalah dengan menanamkan keinginan dan menciptakan kasihan sampai akhirnya aku lengah. Benar begitu, Jhin?"
"Seingatku kau tak pernah kasihan tentang itu"
"Jadi kau nilai dasar kepercayaanku padamu bukan karena rasa kasihanku terhadap perjuanganmu?"
" Yang ada dalam benakmu bukan cinta. Hanya material untuk kau gaungkan ke kerabat dan kolegamu"
Plakkk!!!!!!
   Ku tampar dia. Dia bergeming bisu.
"Bulan depan kita akan menikah. Tapi, maaf. Aku yang menentukan, bukan kau dan orang tuamu"
"Tak sudi. Jika begini akhirnya, tak mungkin mereka setuju! Aku pun tidak."