"Baiklah anak Ayah yang cantik, Ayah ganti bajau dulu, toss dulu dongg sayang". Balas Wawan dengan gembira.
Nia tersenyum bahagia. Mereka berdua menuju halaman rumah, bermain dengan kupu-kupu. Nia berlarian mengejar kupu-kupu, kadang-kadang terjatuh ketika hendak menubruk kupu-kupu yang hinggap di tanah.
"Ayahhh... ayo dong ikut menangkap kupu-kupu". Teriak Nia.
"Nia saja yang menangkap, Ayah yang memanggil kupu-kupu saja". Wawan tersenyum.
"Ayah bohonggg, masa bisa memanggil kupu-kupu, ayo mana coba Nia ingin tau caranya". Jawab Nia.
"Hahahahaha.... begini lho Sayangku, kalau ayah yang menangkap, kupu-kupunya nanti kesakitan dan rusak sayapnya, kan kasihan".  Kelit Wawan.
"Kalau begitu Nia nggak jadi menangkap kupu-kupu saja, nanti sayapnya rusak". Jawab Nia cemberut.
"Kalau Nia yang menangkap nggak apa-apa, Nia kan menangkapnya dengan penuh kasih sayang, iya kannnn???". Hibur Wawan.
Tiba-tiba seekor kupu-kupu hinggap di bahu Wawan.
"Ayah itu kupu-kupunya datang, hinggap di bahu Ayah, Ayah benar-benar bisa memanggil kupu-kupu yaaa?". Tanya Nia girang.
"Nah sekarang coba Nia tangkap, tetapi Nia bilang dulu sama kupu-kupu....temanku izinkan aku menangkapmu yaaa, aku tak akan menyakitimu kok.....begitu!". Bujuk Wawan. Dan benar saja, Nia berhasil memegang kupu-kupu itu, Nia senang sekali.