Mohon tunggu...
Bambang Hermawan
Bambang Hermawan Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Budaya

Alumnus Universitas Islam Indonesia 2001. Pecinta budaya dan humaniora

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Merawat Buah Cinta di Kebun yang Terbelah

4 Maret 2024   12:04 Diperbarui: 4 Maret 2024   12:20 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Perempuan Tangguh" Karya Bambang Hermawan

 

Nia adalah anak Wawan, hasil buah cinta dengan kekasihnya dulu, mungkin juga hingga sekarang. Wawan dan Sari saling mencintai sejak mahasiswa, sayang orang tua keduanya tidak merestui hubungan mereka,  disebabkan perbedaan keyakinan. Sebuah problem klasik yang sepertinya akan selalu saja terjadi. Bahkan meski cinta mereka berbuah anak perempuanpun tidak mampu menjadi bahan pertimbangan utama untuk menganulir ketidaksetujuan orang tua mereka. Perpisahan cinta yang begitu menyakitkan bagi Wawan dan Sari. Betapa Wawan dan Sari menerima murka dari keluarga masing-masing, apalagi dengan keadaan Sari yang sudah hamil. Bahkan orang tua Sari bersikukuh meminta kandungan Sari digugurkan, aib keluarga, begitu anggapan mereka. Tentu saja Wawan dan Sari menolaknya mentah-mentah, bagaimanapun bayi itu adalah keturunan mereka, darah daging yang tidak pantas di kutuk keberadaannya.

"Pokoknya Papi dan Mami tidak mau anak haram itu menjadi bagian dari keluarga ini!!!". Murka orang tua Sari ketika di suatu waktu memanggil Wawan dan Sari.

Sari hanya menangis sepanjang waktu, tak mampu berkata apa-apa. Wawan lah yang berusaha tenang memberikan pemahaman kepada orang tua Sari, bahwa kalau dikehendaki dan diperbolehkan, Wawan sanggup merawat anak itu kelak, jangan di gugurkan, tidak boleh yang tidak berdosa di hukum atas perbuatan orang lain.

Sari pun akhirnya menikah, sekali lagi mengikuti kehendak orang tuanya. Meski begitu hubungan Wawan dan Sari masih terjaga, khususnya ketika Sari sedang mengalami masalah pasti selalu bercerita kepada Wawan. Dari situlah Wawan tahu bahwa ternyata suami Sari bertemperamen kasar. Terbentuklah rumah tangga yang penuh dengan pertengkaran dan tidak jarang berujung pada kekerasan fisik, maklum bagaimanapun pernikahan tanpa cinta akan sulit berjalan dengan semestinya. Hingga suatu ketika Sari menelepon Wawan.

"Mas, aku sudah tidak kuat hidup begini". Terdengar suara Sari bergetar bercampur tangis.

"Tak bisakah kamu bertahan dulu Dik". Jjawab Wawan.

"Enggak Mas, aku sudah tidak tahan. Perilaku suamiku semakin runyam, apalagi setelah bapakku wafat. Aku seperti semakin lemah tanpa pelindung, suamiku semakin semena-mena". Lanjut Sari.

"Lalu maumu bagaimana Dik?". Tanya Wawan mencoba menyelami apa yang dimaui Sari.

"Aku mau kabur saja, ke luar negeri". Jawabnya singkat.

"Gila kamu Dik, keluar negeri mana?". Tanyaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun