Ariaraja hanya melihat wajah Mbah Beo semakin seram. Warna kulit di wajah Mbah Beo terlihat berubah-ubah menjadi pucat lalu memerah dan akhirnya menghitam sangat menyerankan.
Puncaknya Mbah Beo terlempar ke belakang dengan tubuh kejang-kejang. Tubuh orang tua ini jatuh terkulai tak berdaya.
Kemudian suasana ruangan terdengar seperti ada suara angin mendesir sangat kuat. Ariaraja merasakan angina itu menrpa tubuhnya hingga dia terjatuh.
Beberapa saat kemudian ruangan itu kembali normal dengan suasana tidak seseram seperti tadi.
Ariaraja segera mendekati tubuh Mbah Beo. Kini terlihat wajah Mbah Beo pucat seperti mayat.
Pemuda lajang anak kepala dusun Suluh Hawu itu mencoba memegang pergelangan tangan Mbah Beo. Ternyata tidak ada detak denyut nadinya. Mbah Beo telah tewas.
Wajah Mbah asal Cibeo itu kini terlihat rusak, keriput hanya tersisa tulang-tulang pipi dan kedua biji matanya hilang. Wajah itu menyerupai tengkorak yang dari lubang-lubang telinganya keluar ulat-ulat berwarna hitam.
Ini akibat ilmu sesat yang dimiliki Mbah Beo melalui perjajian sesat dengan para iblis.
Ariaraja terkejut melihat perubahan wajah Mbah Beo yang mengerikan. Pemuda itu merasakan rasa takut yang sangat kuat.
Ketika Ariaraja bergegas meninggalkan gubuk kecil itu, tetiba langkahnya terhenti. Karena di depannya ada kepala tanpa tubuh dengan mata satu.
Mulutnya menjulurkan lidah merah bercabang penuh dengan belatung. Iblis itu mendekat semakin, sementara itu Ariaraja terkesima. Kakinya terpaku di tanah gubuk kecil itu.