Kami mengobrol cukup akrab tidak terasa hari sudah siang. Akhirnya aku dan Amel berpamitan sambil mengharapkan Rizal segera sembuh dan operasi batu ginjalnya lancar. Pak Sofyan mengantar kami sampai di pintu kamar rawat.
"Terima kasih pak Alan sudah berkunjung, sayang sekali tidak ketemu dengan Tya," kata Pak Sofyan.
Keluarganya memang memanggil Listya dengan Tya sedangkan teman-teman di Kampusnya seperti Amel ini, memanggil gadis itu dengan Listya.
"Tidak apa-apa Pak Sofyan. Kami sudah bertemu dengan Rizal semoga segera sembuh. Titip salam saja untuk Listya mudah-mudahan tabah menghadapi cobaan ini," kataku mencoba menghibur Pak Sofyan.
"Ya Pak terima kasih, nanti salamnya saya sampaikan kepada Tya!"
Aku dan Amelia akhirnya meninggalkan RS Saiful Anwar Malang. Sempat mampir makan siang terlebih dulu di sebuah Cafe Jalan Soekarno-Hatta seblum kembali ke Surabaya.
Sepanjang perjalanan hujan turun menemani kami. Aku melihat Amel sudah kelihatan ngantuk. Dia mulai tertidur dalam alunan musik dari tape mobil yang mengalunkan lagu For You to Remmember nya Leon Hainnes Band dan Goodbye nya Air Supplay.
Selesai lagu itu disambung dengan lagu Richard Marx. If I see you next to never, how can we say forever. Wherever you go, whatever you do. I will be right here waiting for you. Whatever it takes or how my heart breaks. I will be right here waiting for you.
Lagu-lagu itu yang selalu mengingatkanku kepada Listya. Ya I will be right here waiting for you. Saat saat aku masih biasa bertemu dengannya di jalan trotoar Kampus atau di koridor laboratorium atau di ruang HPLC atau di ruang kerjaku sambil diskusi tentang skripsinya.
Daisy Listya. Mengapa aku tidak dapat menghapus bayanganmu dari dalam anganku. Mengapa aku tidak bisa memindahkan dirimu dari ruang hatiku karena sekarang seolah dirimu sudah mengisi ruang dimana dulu Diana Faria berada. Listya padahal sebentar lagi kau melangsungkan pernikahan dengan orang yang kau cintai yaitu Rizal. Mengapa dirimu begitu kuat mencengkram perasaanku seperti halnya dulu Diana Faria membelengguku dalam jebakan masa lalu. Aku benar-benar tidak mengerti yang sedang Engkau rencanakan untukku ya Allah.Â
"Oh maaf Pak. Saya ketiduran," suara Amelia membangunkanku dari lamunan. Aku tersenyum melihat Amelia seperti orang linglung karena baru bangun dari tidur lelapnya.Â