Berita gembira ini tentu saja membuat aku bersyukur karena berarti pernikahan Listya dengan Rizal tidak mengalami hambatan. Aku selalu berdoa untuk kebahagiaan Listya. Sesungghuhnya dalam hati kecilku ada rasa yang tidak bisa aku ungkapkan betapa pedihnya ketika Listya menikah dengan orang lain yang bukan aku. Namun aku harus berusaha untuk tetap tegar dan tabah karena jangan-jangan ini hanya ujian Allah. Â
Aku baru sadar bahwa semua agenda hari ini sudah selesai sementara waktu baru menunjukkan pukul 14.30 WIB. Bagiku masih terlalu pagi kalau aku harus pulang walaupun tidak ada kegiatan lagi.
Di ruang kerjaku, aku mengisi waktu luangku dengan mengisi buku harian yang selalu setia menemani keseharianku. Sementara itu walaupun hari masih siang ternyata mendung sudah mulai mengurung langit di sekitar Kota Surabaya ini. Tiba-tiba aku dikejutkan suara ketukan halus di pintu.
"Ya masuk!" kataku.
"Assalaamu alaikum," suara merdu seorang gadis yang sangat familiar di telingaku. Aku memandang kea rah pintu yang terbuka. Ya Tuhan Daisy Listya berdiri sambil tersenyum. Sejenak aku tertegun dan terpana memandang gadis itu.
Kombinasi jilbab berwarna gelap dengan busana muslimah warna pink membuat gadis ini terlihat anggun. Sebenarnya pakaian berwarna apapun yang dikenakannya pasti membuat Listya tetap cantik.
"Listya. Wa-alaikumus salaam. Ayo masuk Lis. Silakan duduk!"
"Bagaimana kabar Listya juga Mas Rizal?" Tanyaku berlanjut.
"Alhamdulillah baik-baik. Mas Rizal dan Bapak kirim salam untuk Pak Alan."
"Terima kasih. Sampaikan salam juga untuk mereka. Oh ya Listya ada kabar kejutan ya?" Tanyaku sambil tersenyum. Sejenak gadis ini terdiam sambil tertunduk.
"Saya mengantarkan Undangan Pernikahan saya Pak. Saya sangat berharap Bapak bisa hadir," Kata Listya dengan suara yang sangat pelan. Kesan semakin terlihat, Listya seperti merasa sedih bukannya bahagia menghadapi hari pernikahannya.