Rojak mengangguk.
"Investornya dari negeri Singa. Kau pasti tahu nilai penawarannya fantastis. Kalau kita bisa memainkan nilai penawaran, pihak PT TIMTAM Timbul Tenggelam selaku eksekutor siap menyediakan kita tiket pulang-pergi Malaysia dan Thailand."
Rojak geleng-geleng dan tersenyum manis.
"Itu baru tiket, belum, dan yang lain-lainnya. Kau paham kan maksudku."
Rojak berkali-kali mengangguk sepakat.
Satu bulan kemudian surat penawaran itu lolos. Pihak rekanan menunaikan janjinya. Rojak tak jadi ikut berangkat ke Malaysia dan Thailand, terhalang oleh anak laki-lakinya, yang minta sunat.
"Payah sekali kau tak bisa ikut," ujar Burhan kesal sembari memberikan bingkisan oleh-oleh dari negeri seberang.
Lalu tak berselang lama, sesaat ia melempar sebuah amplop tebal ke atas meja di sebuah cafe yang saat itu sepi pengunjung.
"Sebanyak ini!" Rojak terhenyak. Tangannya bergetar.
"Seratus dua puluh juta," ujar Burhan mantap.
"Aku rasa tuyul saja kelabakan untuk mendapatkannya dalam satu malam!" timpal Rojak serak.