Pil Pahit Keserakahan
Masih ingat betul, bagaimana pertama kali ia mengenal Doni waktu itu. Tidak banyak omon-omon, tatapan matanya selalu dingin, terkadang humoris, dan setiap ucapannya yang keluar selalu hal-hal penting saja.
Rojak merasa kehadiran Doni membawa keberuntungan. Sebab sudah 1 tahun sebanyak 2 kali Rojak mengalami penolakan lamaran di perusahaan plat merah yang ia geluti sekarang. Akan tetapi Rojak terkejut, bagaimana mungkin dalam satu hari yang cukup singkat ia sudah bergabung di perusahaan yang terkenal super ketat itu. Hanya dengan sebuah percakapan, sederhana.
"Langsung saja ya. Mas Rojak dan Mas Doni selamat bergabung. Dan untuk Mas Doni tetap di sini dulu, dan Mas Rojak kembali ke meja resepsionis, lalu minta diantar ke bagian Surat Menyurat dan Dokumentasi."
Pria itu kemudian berdiri dari kursi hitam yang bisa berputar-putar, lalu menyalami kami berdua.
"Terima kasih, Pak," ucap kami berdua serentak.
Di sela-sela jam istirahat Rojak penasaran dengan orang yang baru dikenalnya itu. Ia berusaha menghubungi Doni. Kemudian bertemu di sebuah pantri tak jauh dari ruang kerja Doni, yang juga bersebelahan dengan ruang Pak Salim kepala divisi yang menerimanya bekerja.
"Beliau pasti bapakmu?"
Doni menggeleng.
"Pasti pamanmu?"
Doni masih menggeleng.