"Haaa! Pasti masih sanak keluarga?"
Doni menjawab kali ini. "Pak Salim dulu sempat jadi atasan bapakku?"
Rojak terkejut mendengar itu. Ia kemudian mendekatkan tubuhnya.
"Dulu bapakmu tangan kanannya Pak Salim!," tukas Rojak.
Dengan tatapan dingin Doni berkata lirih. Kali ini sangat lirih. Seperti berbisik. "Bapakku tidak lama di bagian ini. Dan tentang Si Burhan itu, berhati-hatilah kepadanya."
Lagi-lagi Rojak terkejut, bagaimana mungkin baru pertama kali bekerja langsung ditempatkan dengan seseorang yang menurut Doni mengkhawatirkan. Di benak Rojak ingin sekali memohon untuk pindah bagian, tetapi ia urungkan keinginan itu. Lagi pula tidak baik baru pertama masuk kerja sudah berani menolak perintah. Apalagi mengingat ia punya 3 tanggungan cicilan dan 2 anak yang masih kecil-kecil. Rojak memilih jalur aman saja.
Tiga bulan bekerja, sedikit demi sedikit mulai tampak watak asli Burhan persis seperti yang diceritakan Doni tempo itu. Sikap Burhan terkadang mencla-mencle dan itu membuat Rojak merasa tidak nyaman. Akan tetapi, oleh karena Burhan adalah senior, Rojak hanya bisa diam. Upah dari tempat Rojak bekerja memang tidak besar, tetapi kalau hanya untuk kebutuhan satu bulan Rojak pikir cukup-cukup saja.
Satu hal dari sosok Burhan yang kerap membuatnya kesal. Ketika Burhan diam-diam keluar dari kantor, kemudian tiba-tiba saja muncul tapi dalam bentuk sebuah pesan singkat. Suatu siang setelah jam istirahat Burhan tidak kembali ke kantor. Burhan punya seribu alasan. Salah satu alasan yang sering digunakan yaitu, keperluan rapat orang tua wali di sekolah anaknya. Padahal Rojak tahu, Burhan pergi ingin bertemu rekanan untuk membocorkan dokumen penawaran. Agar rekanan menang tender.
Malam itu sepulang kerja Rojak tampak gelisah. Hingga pada suatu ketika ia menghubungi Doni dan menemuinya di sebuah warkop tepi kota.
"Aku tak mau menerima sebuah informasi yang masih remang-remang?" ujar Doni tenang.
"Begini, dua dokumen penawaran dengan nilai hampir ratusan juta kerap menghilang misterius di atas mejaku pada hari Burhan tidak berada di kantor. Aku hafal betul kapan surat masuk dan kapan surat itu keluar semua ada catatannya," terang Rojak.