Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli Kasar

Sedang menjalin hubungan baik dengan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Seikat Daduk dan Sebatang Tebu

15 Desember 2024   10:27 Diperbarui: 15 Desember 2024   10:27 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tinggal sedikit lagi, penuh."

"Daduk..." tanya ayahnya lagi.

"Sudah pasti."

"Cukup Rus. Tak enak hati ayah kepada Supeng."

"Tak apa, Yah. Mungkin hanya dengan cara ini Pak Supeng membantu kita"

"Tapi, masih kau bantu kan anaknya itu!"

"Pastilah." Sesaat Rusdi pun berangkat ke ladang tebu.

"Hati-hati, Rus!!!" teriak ayahnya.

Mulanya saat menuju pulang Rusdi tampak begitu tenang memikul daduk di atas kepala, tetapi ia terkejut saat sorot matanya menangkap petugas pos jaga yang kebetulan saat itu bukan giliran Pak Supeng. Akan tetapi, lelaki tambun Mandor tebu yang seketika tahu mendadak berubah merah murka.

"Hooiii...!!!" bentak Mandor tebu.

Sontak Rusdi menurunkan daduk yang dipikulnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun