Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli Kasar

Sedang menjalin hubungan baik dengan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Seikat Daduk dan Sebatang Tebu

15 Desember 2024   10:27 Diperbarui: 15 Desember 2024   10:27 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ndor... Sudah Ndor, sudah-sudah, magrib ini Ndor," ujar Rusdi menenangkan Mandor dengan kedua tangan memegang pundaknya.

"Apa-apaan ini Peng! Kalau manajemen tahu, ini nasib kita...!!!"

"Iya, iya, aku mengerti Ndor. Begini Ndor..." Supeng membisikan sesuatu ke Mandor tebu. Sesaat dia manggut-manggut.

Tak lama berselang ia mendekati Rusdi, entah apa yang dikatakan Mandor itu. Rusdi terlihat mengusap pipinya yang basah. Kemudian pamit dan beranjak pergi. Kini tinggal mereka berdua menyelesaikan masalah ini di pos jaga itu... ... ... ... ...

"Sebatang tebu?" tanya Rusdi lagi.

Bocah itu mengangguk.

Sesaat, Rusdi, menarik napas panjang.

Rusdi menunduk, lalu ia pisahkan sebatang tebu yang sudah dipotong pendek-pendek itu dari tumpukan daduk tadi. Kemudian Rusdi mengikat daduk seperti semula. Sesaat Rusdi bangkit, ia keluarkan beberapa lembar dari dalam dompetnya.

Bocah itu masih menunduk, Rusdi kembali menyapa.

"Ini, untuk adikmu. Dan yang ini, kau simpan disakumu. Sekarang segera pulang magrib sudah mau datang."

Bocah itu mengangguk lalu beranjak pergi. Meninggalkan Rusdi beserta potongan tebu di pos jaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun