Dalam kepercayaan Setanisme Teistik, Satan dianggap sebagai dewa yang dipuja atau dihormati. Dalam Setanisme LaVeyan, Satan adalah simbol kebajikan dan kebebasan. Penampilan luar Satan tidak pernah dideskripsikan di dalam Alkitab, tetapi semenjak abad ke-19 ia sering kali muncul dalam seni Kristen dengan tanduk, telapuk, kaki yang memiliki rambut tebal, dan juga ekor; ia juga sering kali telanjang dan memegang garpu rumput. Penggambaran ini merupakan perpaduan dari penampilan berbagai dewa pagan, termasuk Pan, Poseidon, dan Bes. Satan juga acap kali muncul dalam sastra Kristen, khususnya dalam buku Inferno karya Dante Alighieri. Satan sendiri hingga kini masih sering muncul dalam film, acara televisi, dan musikseperti Santo Nikolas seperti Sinterklas.Â
Â
Pada awalnya istilah "setan" dalam Kitab-Kitab Yahudi hanya digunakan sebagai kata yang bermakna "lawan" atau "penuduh", beberapanya dapat dilihat pada ayat (1 Samuel 29:4) di mana Panglima Bangsa Philistine takut bilamana Daud akan menjadi "Setan" (Lawan) mereka. Pada Kitab (Bilangan 22:22) Tuhan mengirimkan malaikat untuk menjadi "Setan" (Lawan) atas Bileam yang ikut pergi bersama orang-orang Moab yang berniat menyerang bangsa Israel.
Â
Kata "setan" baru secara perlahan-lahan berubah maknanya menjadi "makhluk ghaib jahat" setelah agama Yahudi menyerap paham dualisme dari agama Zoroastrianisme di saat Israel dikontrol oleh Persia pada tahun 539-332 SM. Sebelum saat itu, agama Yahudi mempercayai bahwa segala hal yang baik maupun buruk seluruhnya berasal dari Tuhan. Namun ini menimbulkan polemik dan pertanyaan dasar akan teodisi. Bagaimana Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang tega membiarkan kejahatan dan penderitaan ada.Â
Â
Para pemuka Yahudi pun mendapatkan solusinya setelah mereka menemukan sosok Angra Mainyu di dalam ajaran agama Zoroastrianisme. Angra Mainyu atau dikenal juga sebagai Ahriman adalah suatu entitas jahat yang terpisah dari Ahura Mazda, sosok Tuhan dan sumber dari segala kebaikan pada ajaran agama Zoroastrianisme. Konsep inilah yang kemudian menjadi pondasi terbentuknya sosok setan sebagaimana yang dikenal sekarang.[Pemahaman Kristen
Â
Pada kitab Ayub, kata "Setan" beralih menjadi tokoh yang mempunyai peran seperti jaksa penuntut dalam peradilan langit. Setan menilai ketaatan Ayub yang dipuji-puji oleh Tuhan hanya karena Ayub selalu di-anak-emaskan Tuhan. Tuhan pun mengizinkan Setan agar dirinya menguji Ayub dengan merenggut harta miliknya Ayub asalkan ia tidak mencelakai Ayub. Setan pun melakukan seperti kata Tuhan, namun Ayub tetap taat kepada Tuhan.Â
Â
Di saat Tuhan kembali memuji-muji Ayub, Setan menawarkan tantangan lain. Setan yakin bila Ayub terluka secara fisik maka ia akan berpaling dari Tuhan. Tuhan pun mengizinkan Setan untuk mencelakai Ayub asalkan ia tidak membunuhnya. Namun Ayub tetap kuat ketaatannya pada Tuhan. Setelahnya Setan pun menghilang dari cerita ini.[ erut T.J. Wray dan Gregory Mobely, Ayub pada cerita ini adalah bentuk simbolik yang mewakili bangsa Israel yang telah mengalami berbagai penderitaan, seperti kehancuran Yerusalem dan deportasi pada masa Babilonia. Pada pencitraan ini setan belum sepenuhnya jahat dan hanya menjalankan tugasnya sebagai jaksa penuntut dibawah kewenangan Tuhan.Â