"Masa sih?" bantah Herman. "Semua ilmuwan sepakat bahwa energi listrik yang dihasil medan magnet dari Matahari sangat kecil untuk digunakan sebagai energi.
Kalau mau mendapatkan listrik, lebih baik beli magnet di glodok, lalu dialirkan setrum untuk mendapatkan energi buat Tamiya udah cukup..." canda Herman tidak percaya.
"Nggak lucu," sungut Amanda yang membuat Herman menjadi senang.
Tapi Herman buru-buru merayu biar Amanda tidak ngambek terus.
Â
"Tapi benar juga sih, kan ini negeri Piramid, negeri Para Dewa," aku Herman, "Mungkin ilmuwan kita belum menyadari potensi energi dinamo alam ini."
Herman perhatikan lebih seksama Tormato yang letaknya jauh di angkasa bumi.
"Berarti ada dua Tormato dong," Herman menyimpulkan.
"Satu lagi tentu ada di angkasa kutub selatan," tebak Herman.
"Seratus!" Puji Amanda sambil mengacungkan ibu jari.
"Terus, bagaimana cara menghubungkan anoda dan katoda itu? kebayang, berapa panjang kabel yang dibutuhkan... " Tanya pujaan hati Amanda sambil mengernyitkan kedua alisnya.
"Secara wireless dong!" ejek Amanda menggoda kekasihnya yang masih terheran-heran dengan keajaiban teknologi dunia Osiris.
"Radio saja bisa. Bahkan dulu Nicola Tesla sudah pernah melakukan seperti itu.
Tesla memanfaatkan energi listrik yang ada di atmosfir lalu mengalirkan secara wireless ke segala penjuru lewat angkasa sehingga bisa dimanfaatkan untuk berbagai peralatan yang membutuhkan listrik."
Â
"Oh iya!" seru Herman teringat sejarah hidup ilmuwan hebat Nicola Tesla.
"Wah, ternyata Bumi sebenarnya sebuah dinamo alam yang menghasilkan energi murah dan tidak akan pernah habis sepanjang masa. Hebat ya!" Puji Herman berdecak kagum.
"Lalu cahaya di sekeliling Tormato itu apa?"
"Itu Aurora, medan listrik yang diserap oleh Tormato dan terkena cahaya dari sinar matahari sehingga menyala seperti tirai."