Seluruh bangunan Ibin Tuk dibuat dari susunan marmer yang halus, licin dan mengkilat.
Keindahan interior Ibin Tuk menjadi sempurna oleh tata cahaya yang harmonis, sehingga tampak sangat megah dan membuat betah berlama-lama menikmati semuanya ini.
"Relief-relief ini menggambarkan sejarah panjang dunia Osiris yang telah jutaan tahun," Jelas Amanda
Â
melihat Herman tidak melepaskan pandangan mengamati gambar-gambar pada relief itu.
"Wah, butuh waktu lama untuk kita sehingga bisa tahu sejarah mereka." Decak kagum Herman.
"Dan aku yakin, relief-relief ini bukan dipahat dengan perkakas tukang seperti yang kita bayangkan!" tebak Herman pula.
"Ya, Iyalah," Ujar Amanda. "Para senimanlah yang memahatnya dan telah menggabungkan karya seni dengan teknology laser sehingga hasilnya seperti ini."
Akhirnya perjalanan mereka sampai pada Episentrum.
Di ruangan yang lebih luas daripada lapangan sepakbola ini, Herman melihat banyak benda-benda diorama yang menjelaskan konstelasi bintang-bintang, planet-planet di tatasurya ini, dan benda-benda angkasa lainnya yang menggunakan teknologi tinggi yang belum pernah Herman dan Amanda lihat sehingga seolah-olah mereka benar-benar berada di antara benda-benda tersebut.
Â
Dengan penggambaran demikian Herman mudah mengerti system yang mengatur pergerakan benda-benda angkasa di alam semesta.
Tetapi justru semakin lebih banyak yang tidak Ia mengerti karena sains di sini jauh lebih maju dibanding dengan zaman dunia Herman.
"Kalo yang bergerak luntang-lantung itu apa?" tanya Herman menunjuk beberapa bola yang bercahaya dan selalu bergerak kemana saja tidak seperti benda-benda angkasa lainnya yang memiliki orbit masing-masing.