"Apa gak capek?" tanya saya lagi.
"Kalau saya sih gak. Lagian, kan dapat uang lembur. Lumayan buat nambah penghasilan. Bisa buat uang jajan anak," kata Gunawan.
Yah, kebijakan yang baik buat pustakawan dan pengunjung perpustakaan. Pustakawan mendapat upah; pengunjung perpustakaan bisa berkunjung setelah pulang dari sekolah, kuliah, atau kerja.
Sayang sekali, kebijakan jam layanan di perpusprov Kaltim kembali ke "setelan pabrik". Jam layanan yang "bersahabat" dengan warga tidak bertahan lama.Â
Kalau saja...
Yah, saya tidak tahu bagaimana evaluasi dari perpusprov Kaltim saat itu. Apakah jumlah pengunjung perpustakaan semakin meningkat, sama saja seperti jam layanan sebelumnya, atau malah semakin menurun? Mungkin ada penjabarannya di situs perpusprov Kaltim, meskipun saya ragukan itu.
Tapi saya merindukan jam layanan yang berlangsung sampai malam hari.Â
Terkadang saya iri mendengar dari handai taulan yang pernah bepergian ke luar negeri atau pernah menetap dan belajar di sana. Cerita mereka tentang perpustakaan di negara maju yang membuat cemburu, khususnya mengenai jam layanan yang "memanjakan" warga. Kalau bicara jumlah koleksi buku sih sudah tidak heran.
Kalau saja perpustakaan buka sampai malam atau sampai 24 jam, kemungkinan orang tidak akan berbuat yang tidak-tidak, tapi malah pergi ke perpustakaan dan membaca buku.
Kalau saja perpustakaan buka setiap saat, kesempatan warga untuk belajar tidak mengenal batas waktu.
Kalau saja perpustakaan mempunyai cabang di beberapa kecamatan dan kelurahan, budaya membaca dan menulis akan tumbuh subur di bumi pertiwi ini.
Banyak angan-angan, apakah akan terjadi? Mungkin saja. Tidak ada yang mustahil, meskipun sepertinya tidak bisa terwujud dalam waktu dekat.