Meminjam buku juga menjadi "keharusan" bagi saya yang waktu itu mempunyai kebiasaan membaca buku sebelum tidur (sekarang saya lebih banyak mendengarkan siniar sebelum tidur).
Karena saya rutin mengunjungi perpusprov Kaltim, beberapa pustakawan mengenal saya. Tentu saja, bukan sekadar wajah, tapi nama saya juga terpatri dalam benak mereka.
"Beh, rajin kali kau, Ton. Gak malming kah?" kata Heru (bukan nama sebenarnya), salah seorang pustakawan yang berjaga di bagian penitipan barang, semisal tas, ransel, dan lain-lain.
"Gak, Pak. Malam minggu kelabu," kata saya sambil nyengir.
"Cepat-cepat cari calon. Supaya ada temannya," kata Gunawan (nama samaran), sesama pustakawan yang bertugas di bagian yang sama malam itu.
Saya cuma tersenyum mendengarnya.Â
Bagi saya, keakraban itu menunjukkan kedekatan dengan para pengunjung perpustakaan untuk datang lagi dan lagi.Â
Malam yang sunyi tidak sesepi yang terlihat.
Dari kedekatan tersebut, saya jadi bisa mengorek keterangan dari para pustakawan tentang "dinas malam".
"Memangnya ada shift malam ya, Pak?" tanya saya pada suatu malam.
"Gak ada sebenarnya," jawab Heru, "Ini dihitung lembur. Bagi siapa yang mau aja."