Langkah disiplin dalam mengatur waktu. Saya acungi jempol untuk W.
3. Anak tidak mau berproses panjang untuk mencapai tujuan
Menjamurnya penggunaan smartphone yang semakin masif mungkin sangat mempengaruhi budaya "instan" di zaman ini.
Hampir setiap orang menginginkan hidup seperti mudahnya mengakses smartphone.
Ingin nonton film, tinggal klik Netflix, Amazon Prime Video, Disney+ Hotstar, dan kawan- kawannya.
Mau main game online, tinggal masuk ke Google Play Store atau App Store. Telusur berbagai permainan, pilih salah satu atau salah dua, install, dan game pun ready untuk dimainkan.
Mau tahu jawaban PR sekolah yang rumit, tinggal tanya Mbah Google. Atur beres!
Sayangnya, hidup sukses tidak semudah klik-klik dan tanya Mbah Google. Tidak bisa dalam hitungan menit atau detik langsung pintar.
Ada proses panjang yang harus dilewati. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Hasilnya pun tidak bisa tertebak. Antara dua. Berhasil atau gagal.
Kalau berhasil, jangan terlena dan jumawa. Teruskan perjuangan. Kalau gagal, jangan putus asa, jangan patah semangat. Terus berusaha sampai keberhasilan itu menjadi nyata.
M tidak sabaran. Dia mau semuanya cepat selesai. Contohnya: dia hanya ingin jalan tol dalam mengarang. Setelah mengarang usai, tanpa memeriksa kembali, tanpa membaca ulang, tanpa editing, M langsung mengirim file karangan ke Google Classroom.
Menurut dia, yang penting cepat selesai. Bicara hasil baik atau tidak mengenai kualitas karangan, urusan belakang! Tidak penting!