Mohon tunggu...
Hallo SobatKampus
Hallo SobatKampus Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hallo semangat yaa!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

dalam hening kumelangkah

22 Desember 2024   23:50 Diperbarui: 22 Desember 2024   23:50 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Santi tersenyum, meski senyum itu penuh kesedihan.

"Aku paham, Ra. Aku juga takut. Tapi mungkin inilah yang namanya tumbuh dewasa. Perubahan itu menakutkan, tapi kita nggak bisa menghindarinya. Yang penting, kita tetap saling mendukung meskipun jalan kita berbeda."

Percakapan itu seperti pintu yang terbuka lebar bagi Lara. Malam itu, ia menulis di buku hariannya:

 "Perubahan memang sulit, tetapi itu bagian dari hidup. Aku tak bisa terus hidup di masa lalu. Masa kecilku adalah bagian dari diriku, tetapi aku harus melangkah maju. Aku mungkin tak tahu apa yang menanti di depan, tetapi aku tahu aku tidak sendiri."

 

Lara mulai menerima kenyataan. Tumbuh dewasa berarti melepaskan beberapa hal, tetapi juga menerima hal-hal baru. Ia berusaha untuk tetap terhubung dengan Santi meskipun mereka tidak lagi memiliki dunia yang sama. Mereka berubah, tapi Lara sadar bahwa itu tak berarti mereka harus kehilangan satu sama lain

          Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Lara mulai menemukan keberanian untuk menghadapinya. Ia berhenti berharap agar semuanya tetap sama seperti dulu. Ia berusaha untuk berbicara lebih banyak dengan teman-temannya, dan meskipun ia merasa terasing dalam beberapa momen, ia belajar bahwa perubahan tidak selalu berarti kehilangan. Ia juga mulai lebih banyak meluangkan waktu untuk dirinya sendiri, membaca buku-buku yang selama ini ia abaikan dan menulis lebih banyak di buku hariannya.

Waktu pun berlalu begitu cepat, tak terasa lara sudah berada di tahap hari pertama ia di universitas itu seperti angin segar yang menyapanya. Lara merasa seperti sebuah halaman kosong yang siap diisi, tetapi juga takut bahwa halaman itu akan terisi dengan keraguan dan ketakutan yang sama. Kampus yang luas dan ramai membuatnya merasa kecil, seperti seseorang yang tersesat di tengah keramaian. Setiap gedung tampak menjulang tinggi, menatapnya dengan tajam, seolah menantangnya untuk menghadapinya. Di ruang kelas, ia bertemu dengan berbagai orang baru, masing-masing membawa cerita dan ambisi mereka sendiri. Meski begitu, di tengah keramaian itu, ia masih merasa sedikit canggung.

Di tengah semua itu, seorang gadis berambut pendek mendekatinya. 

"Hai, aku Maya. Kamu baru ya, di sini juga?"

Lara tersenyum canggung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun