"Ya."
"Airnya ambil di galon."
Di samping kiri kompor gas terdapat sebuah dus berisi kopi. Di samping kanan terdapat alat pemanas atau pendidih bertenaga listrik 300 watt.
Saya mengambil cangkir, mengisi kopi, dan meletakkan di atas kompos gas yang tidak berfungsi. Kemudian mengambil alat pemanas untuk saya isi dengan air. Â
Di samping kitchen zink terdapat sebuah galon air. Saya mengambil alat pemanas, membuka tutupnya, menuangkan air dari galon, lalu mencolokkan kabelnya ke stop kontak di dinding samping kompor.
Beres, pikir saya sambil kembali ke kursi dekat Sarwan.
Saya menanyakan pada Sarwan perihal surat kontrak, jadwal pekerjaan (time schedule) , rencana anggaran biaya, gambar kerja, dan seputar urusan dokumen pekerjaan lainnya. Saya ingin menyiapkan pikiran untuk bekerja, apalagi Sarwan pernah menyiapkan posisi saya sebagai "tangan kanan"-nya.
"Tidak usah susah, Ji. Kerja denganku, santai aja."
***
Sejak tiba di rumah Sarwan hingga ngobrol sana-sini, saya sama sekali tidak melihat adanya berkar-berkas yang berkaitan dengan pekerjaan. Tidak ada struktur organisasi di lapangan. Saya semakin heran dan agak bingung.
Bagaimana menghitung progress, bobot atau prestasi pekerjaan, ya? Bagaimana Sarwan membuat progress pekerjaan sekaligus penagihannya? Saya tidak mengerti.