Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Salah Siapa?

21 Desember 2019   15:11 Diperbarui: 21 Desember 2019   15:17 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dampak kopi bercampur kejengkelan dan wajah Pak Demun, jantung saya bergerak lebih cepat. Saya berusaha meredakannya, karena percuma memperbesar kejengkelan, karena orang yang paling menjengkelkan itu sama sekali tidak berada di depan saya.

Untuk lebih mengurangi gerakan jantung yang membuat debaran lebih kencang daripada kondisi normal, saya mau pulang lebih awal saja. Lalu saya menengok arloji. Pkl. 11.00.

Saya urungkan niat pulang awal. Saya tidak nyaman meninggalkan lokasi pada waktu baru setengah hari. Kalau jam tiga sore, saya pasti pulang.

Saya pun bangkit. Lebih tiga jam saya hanya duduk, dan sedikit bergeser untuk duduk lagi. Saya merasa pantat saya semakin tipis digerogoti tempat duduk yang berbahan papan.

Lalu saya memutar bada ke arah jalan masuk warung proyek. Di sana Pak Semprul sedang berjalan ke warung proyek.

Aduh, si Semprul malah muncul, pikir saya.

Saya tunggu saja kedatangan Pak Semprul, meskipun sempat terpikirkan untuk menghindar. Saya malas berbicara dengan oknum pensiunan aparat itu. Logikanya payah tetapi lagaknya seperti paling memahami banyak hal.

***

"Begini, Mas Oji," kata Pak Semprul. "Terlepas dari sebab-musabab turap roboh itu, kira-kira Mas Oji punya solusi, tidak?"

"Solusi yang bagaimana, ya?"

Saya malas memikirkan solusi, apalagi menyampaikannya pada Pak Semprul. Jangankan soal struktur, lha wong soal kemiringan galian saluran saja si Semprul tidak mengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun