"Kesalahan kontraktor?"
Saya menggeleng-geleng sambil membayangkan wajah Pak Demun yang sudah busia lebih delapan puluh tahun dengan semua rambut yang beruban, suara bergetar, dan gerakan agak gemetar..
"Ya, Mas. Lalu saya dan Muin ke rumah Bu Lia. Bu Lia membuka gambar bikinan Pak Demun. Kalau saya kurang percaya, saya diminta Bu Lia berbicara dengan Mas Oji, karena Mas Oji yang lebih mengerti soal struktur."
"Kalau mengingat proses pembangunannya, saya tidak tahu, karena saya belum bergabung."
"Ya, Mas Oji datangnya belum satu bulan ini."
"Saya hanya bisa menerangkan dalam hal teknis. Bagaimana?"
"Coba, Mas, biar saya tambah ilmu pengetahuan."
Saya pun menjelaskan pada Sedon sekaligus Muin, Bang Kumis, dan Mbak Yatmi mengenai hal-hal teknis. Pertama, mengenai kondisi tanah. Kondisi tanah di pinggir parit sempit yang menjadi penumpu turap merupakan tanah yang kurang memadai untuk menumpu turap yang berkaki sedalam 80 centimeter dan berlebar 1,2 meter.
Kedua, gambar turap dibuat sendiri oleh Pak Demun. Perihal kondisi daya dukung tanah, saya yakin, Pak Demun tidak melakukan tes sounding tanah terlebih dulu untuk menentukan ukuran turap. Berikutnya perihal tanah timbunan, hujan, beban, gaya ini-itu, dna seterusnya.
"Sejak awal saya bergabung, saya tidak melihat adanya gambar kerja yang dibuat oleh konsultan perencana. Kalau ada konsultan perencana, persoalan struktural bisa diperkirakan dengan perhitungan sampai membentuk sebuah turap seperti apa. Lha ini, digambar sendiri oleh Pak Demun secara manual, dan pelaksanaannya dikerjakan oleh kontraktor."
"Berarti..."