Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Salah Siapa?

21 Desember 2019   15:11 Diperbarui: 21 Desember 2019   15:17 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sarwan pun belum mengabarkan soal kedatangan Pak Demun. Padahal, sebagaimana informasi yang pernah disampaikan oleh Bu Lia, "Biasanya dua kali dalam seminggu Pak Demun datang ke lokasi."

Juga infromasi dari Sarwan, "Proyek ini jadi anak emasnya Pak Demun."

Sarwan menambahkan bahwa lahan proyek ini paling besar di antara proyek-proyek perumahan Pak Demun sebelumnya. Sebelum yang lebih dua belas hektare ini, Pak Demun telah lebih lima tahun bergerak di bidang properti berupa rumah sederhana, dan paling luas hanya lima hektare.

Ah, terserahlah, pikir saya. Toh saya "pendatang baru". Toh proyek perumahan ini kelak bukan milik saya atau keluarga saya. mendingan saya mendengarkan lagu-lagu dari radio FM.

Sambil melangkah ke arah sebuah turap pendek yang berdekatan dengan sebuah pohon yang rindang, saya membuka tas mungil untuk mengambil ponsel pintar sekaligus memasang earphone. Saya mau bersantai dengan tenang dan teduh untuk membungkam kebosanan yang selalu mengusik saya.

Sebenarnya saya bisa saja meninggalkan keempat pekerja tadi dengan bersantai di warung proyek, bahkan lebih asyik di sana. Menikmati beberapa ragam makanan khas kampung dan kuli, menyeruput kopi, menonton televisi, dan ngobrol. Pulang pun bisa lebih awal, maksimal sampai pkl. 17.00.

Ya, apa yang perlu repot untuk saya pikirkan lagi? Paling hebat, bikin laporan mingguan, baik mengenai progress pekerjaan maupun keberadaan material, alat kerja, dan sekitarnya. Itu saja, sih.

"Kerja denganku itu santai, Ji," kata Sarwan yang saya ingat ketika baru sampai di rumahnya tempo hari. Makanya, ya, saya mau bersantai saja selagi belum ada pekerjaan yang benar-benar menuntut adanya konsentrasi yang tinggi dan variatif.

Duduk di sebuah turap pendek dan berpayung dedaunan kedondong hutan, saya menemukan lagu-lagu Barat '80-an yang disiarkan oleh sebuah stasiun radio FM. Banyak kenangan pada tahun-tahun masa puber awal saya, khususnya ketika masih tinggal di kampung halaman. Dengan kenangan serta ingatan tentang cita-cita masa depan, saya sering termotivasi untuk selalu membangkitkan semangat hidup yang penuh perjuangan.

Perjuangan? Saya tersenyum sendiri sambil menengok arloji. Pkl. 11.20. Lalu saya mengalihkan pandangan ke arah hamparan lahan terbuka dengan gundukan tanah berbatu bulat.

Sebuah mobil hitam sedang melintas di tengah lokasi. Saya mengenalnya. Mobil hitamnya Pak Demun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun