Di bawah pohon ketapang, hiduplah gerombolan semut hitam. Dari gerombolan semut hitam ini mereka punya tugas masing-masing. Ada yang menjaga sarang, membuat tumpukan batu, menjaga bayi-bayi semut hingga tugas keluar sarang mencari makan.
Untuk mendapat tugas keluar sarang, semut hitam harus melalui berbagai seleksi terlebih dahulu. Ini penting karena di luar sarang nanti akan bertemu berbagai mangsa.
"Kita tidak pernah tahu apakah kita bisa bertahan hidup apa tidak," begitu kata Jendral di hadapan ratusan semut hitam muda.
Jendral ini pemimpin pasukan luar sarang. Jendral yang melatih dan memilih siapa yang pantas untuk mencari makan di luar sarang. Untuk masuk dalam pasukan ini menunggu ada pengumuman. Nanti diperdengarkan di lapangan.
Dua hari lagi akan diperdengarkan pengumuman tersebut. Semut-semut hitam muda sibuk mempersiapkan diri. Termasuk Rey.
Rey sangat bersemangat untuk bergabung dengan pasukan luar sarang. Dengan bergabung, Rey akan membuktikan kalau ia pantas untuk mendapatkan tugas berat tersebut. Selama ini, Rey hanya mendapat tugas yang ringan. Mengatur batu, membersihkan perkakas dapur hingga menyiram bunga.
"Pekerjaan semut betina," ketus Rey dalam hati sambil membersihkan perkakas dapur.
Suatu hari, Rey mendengar percakapan kepala petugas dapur. Mereka sedang membicarakan tentang dirinya. "Cocok saja dia ditugaskan di bagian yang ringan-ringan. Lihat badannya begitu kecil. Kasihan kalau dapat tugas yang berat. Ah, apalagi dapat tugas keluar sarang," ucap salah satu petugas dapur.
Hati Rey rasanya ingin meledak. Rey kesal. Sejak saat itulah, Rey berlatih sendirian.
Hari pengumuman itu pun tiba. Rey bergegas lari ke lapangan. Ditinggalkannya bunga dan alat penyiram di pinggir jendela. "Hei, Rey! Ini belum selesai!" teriak salah satu petugas dapur. Rey tidak menoleh sekalipun.
"Tetoteet.." suara terompet khas itu terdengar menggema di setiap sarang.
Jendral, pemimpin pasukan luar sarang sudah berdiri tegap di atas podium. Tak lama, Jendral berbicara. "Selamat pagi semua semut-semut muda!"
"Pagiiii!" sahut semut-semut muda. Termasuk Rey.
"Pengumuman kali ini singkat saja. Saya hanya akan mengatakan kalau seleksi pasukan luar sarang akan dimulai besok pagi. Silakan siapkan peralatan dan diri kalian. Bila merasa tidak sanggup dari awal, silakan mengundurkan diri. Sekian," tutup Jendral.
Semut-semut muda berbisik-bisik. Ribut. Sementara Rey, diam sendiri di dekat rerumputan. Rey tahu kalau ia masuk di antara gerombolan itu akan langsung ditertawakan. Rey berdiri, ia mengepalkan tangannya ke udara. "Aku siap!"
Pagi begitu dingin, tapi tidak mengalahkan niat dan tekad Rey. Rey sudah siap untuk pergi. Hari ini, Rey akan bolos untuk bekerja di bagian dapur. Tidak bilang kalau sakit ataupun izin.
Kakinya melangkah keluar dari tempatnya beristirahat. Dilihatnya kiri dan kanan, memastikan tidak ada yang lewat. Rey berlari keluar. "Rey!" teriak seekor semut.
Rey tidak menoleh ke arah suara. Rey tidak peduli.
Rey tiba di tengah lapangan bersama semut-semut muda yang lain. Rey berusaha menyembunyikan diri. Tidak ingin terlihat oleh temannya yang bernama Gembul, Barong dan Bima. Mereka teman yang suka sekali mengejek.
Sepandai-pandainya Rey bersembunyi, akhirnya ketahuan juga.
"Hahahaha...Sudah kuduga, ada Rey di dalam barisan ini," ucap Gembul sembari tertawa nyaring. Semua semut hitam menoleh ke arah Gembul.
"Hei, semut kecil! Buat apa kamu ikut dalam barisan ini. Kamu tidak cocok berada di pasukan luar sarang. Cocoknya kamu berlama-lama di dapur, menyiapkan kami makanan kalau kami lelah nanti," ejek Barong.
Bima menyenggol bahu Rey. "Iya benar kata Barong. Udah sana balik lagi. Kamu pasti dicari oleh petugas dapur."
Rey diam saja. Rey tahu, kalau ia berbicara, teman-temannya akan semakin menjadi-jadi.
"Tetoteet!"
Beruntung, suara terompet itu berbunyi. Semua perhatian semut tertuju pada Jendral yang berdiri di atas podium.
"Awas kamu nanti. Kubikin gagal dalam seleksi!" gerutu Gembul menatap Rey.
Rey hanya tertunduk saja. Sebenarnya di dalam hati Rey sudah menangis. Tidak tahan diejek sepagi ini.
Di atas podium, Jendral menjelaskan semua aturan. Kemudian, ia meminta semut-semut muda berbaris sesuai yang diperintahkan. Seleksipun dimulai. Dari memanjat pohon dengan hitungan hingga merangkak di lumpur dilalui. Satu persatu semut muda gugur. Kelelahan.
Hari makin terik. Seleksi belum berakhir. Â Hebatnya, Rey masih ada di barisan yang lolos. Tentunya bersama tiga kawannya yang suka mengejek tadi.
Gembul terlihat ngos-ngosan. Barong merebahkan diri di tanah. Sementara Bima sibuk minum air.
Gembul memelototkan mata kepada Rey. Tanda kalau kesal karena Rey masih lolos.
Tiba di akhir seleksi. Ini waktunya masing-masing semut menunjukkan kekuatan. Jendral mengocok undian peserta. Astaga, Rey akan beradu dengan Gembul.Â
Di hadapan seluruh semut muda, Rey sudah bertatapan dengan Gembul. Tes kali ini bukan untuk menghajar lawan tetapi mengeluarkan lawan dari garis yang sudah disediakan.
"Hiat.. ciat.." suara-suara itu terdengar dari mulut Rey dan Gembul.
Dengan badannya yang kecil, Rey mampu mencegah serangan Gembul. Saat Gembul lengah, Rey menekuk kaki Gembul. Gembul terdorong ke belakang, ia tertuduk tepat di belakang garis.
"Yeeeesss!" teriak Rey. Semua bertepuk tangan. Barong dan Bima saling bertatapan, dan diam-diam bertepuk tangan dengan pelan. Rey mengulurkan tangan ingin membantu Gembul, tapi sayang niat baik itu ditolak.
Hari mulai petang. Artinya, seleksi sudah berakhir.
Prok..prok! Jendral bertepuk tangan.
"Saya bangga dengan kalian. Saya tidak menyangka ternyata satu peserta yang saya anggap tidak akan bisa melewati rintangan akan berhasil, ternyata dia berhasil. Mari beri tepuk tangan untuk Rey!" ucap Jendral.
Semua mata tertuju pada semut yang kecil, Rey. Â Sementara Gembul, Barong dan Bima pun lolos. Namun, dengan nilai yang jauh dari Rey.
Usai seleksi, sebelum benar-benar keluar sarang, semua pasukan dilatih terlebih dahulu.
Hari keluar sarang pun tiba. Malam sebelumnya, Rey tidak dapat tidur dengan nyenyak. Rey membayangkan diserang mangsa seperti laba-laba, burung atau apapun itu.
Rey sudah bergabung dengan pasukan yang lain di tengah lapangan. Dengan aba-aba Jendral, pasukan luar sarang ini pun keluar. Diiringi dengan riuh tepuk tangan semut-semut penghuni sarang.
Sudah berpuluh kilometer dilalui pasukan. Tak ada juga terlihat tanda-tanda makanan, seperti gula, roti ataupun remah-remah makanan lainnya. Akhirnya, Jendral meminta pasukan untuk berpencar.
Rey diminta memimpin pasukan B. Terdiri dari Gembul, Barong dan Bima serta dua semut lainnya. Gembul mendengus kesal karena bukan dirinya yang ditugaskan memimpin. Karena kesal, di pertengahan mencari makan, ia mengajak Barong dan Bima untuk diam-diam pergi.
"Teman-teman! Di depan itu sepertinya remahan roti. Ayo kita ke sana!" teriak Rey lalu menoleh ke teman-temannya. Betapa kaget Rey, ia tidak melihat Gembul, Barong dan Bima.
"Astaga, kemana mereka?" tanya Rey kepada dua semut lainnya. Dua semut itu menggeleng.Â
Rey dilanda kebimbangan. Di satu sisi ia harus mengambil remahan tersebut, di sisi lain ia harus mencari teman-temannya. Rey terduduk lemas. Rey mencoba mencari jalan keluar.
"Baik! Kita harus mencari mereka terlebih dahulu teman-teman. Baru setelah itu kita ambil remahan itu," ucap Rey mengajak dua semut.
Setiap sisi ditelusuri mereka. Sudah setengah jam kira-kira akhirnya mereka mendengar suara teriakan, "Toloong, tolong kami!"
Rey dan dua semut lari menuju arah suara. Betapa terkejutnya mereka melihat Gembul, Barong dan Bima terjebak di jaring laba-laba.
"Rey, tolong kami..." ucap Barong meminta tolong.
"Iya, tolong. Kami tidak ingin mati di sini," tambah Bima. Gembul masih diam. Gembul tidak ingin meminta tolong pada Rey.
"Mbul, ayoo kamu juga minta tolong!" bentak Barong kesal pada Gembul. Gembul kaget. Tidak menyangka temannya membela Rey.
"Bukan waktunya untuk kamu bersaing dengannya, Mbul!" sahut Bima.
"Atau, kamu rela mati di sini?" tanya Barong heran. Gembul langsung menggelengkan kepala.
"Tolong kami, Rey. Tolong, aku tidak ingin mati di sini," ucap Gembul.
Rey dan dua semut lainnya mencoba mencari jalan keluar. Mereka tidak melihat ada laba-laba di sekitar situ. Dengan sigap Rey mencoba menarik jaring. Sayangnya tidak terputus.
"Ini, pakai ranting ini!" ucap satu ekor semut.
Rey mengambilnya, ia menggoyangkan ranting itu ke jaring. Satu dua tiga..Akhirnya, jaring yang melilit badan Barong terputus. Kembali diarahkan ke Bima dan Gembul. Tapi, saat di Gembul, tiba-tiba ada laba-laba di arah depan. "Ayo, Rey! Kita harus segera memutus jaring ini. Ayooo," mereka panik.
Krek.. Akhirnya jaring Gembul terlepas. Dengan secepat kilat mereka lari meninggalkan lokasi.
Saat merasa sudah aman. Mereka duduk istirahat. Gembul mendekati Rey. Gembul memeluk Rey. "Terima kasih kawan, terima kasih. Kamu sudah menyelamatkan nyawaku. Aku minta maaf kalau selama ini sudah menyakiti hatimu."
Rey tersenyum lalu menepuk pundak Gembul. "Sama-sama. Aku sudah memaafkanmu, tenang saja. Ayo, hari mulai petang, mari kita ambil remah-remah roti itu. Lalu kita pulang ke sarang."
Mereka berjalan kembali ke tempat remah-remah roti. Mereka kaget, remah-remah itu hilang. Bersih tanpa jejak.
"Wah, sudah tidak ada. Bagaimana ini? Sedangkan hari sudah mulai petang," tanya Bima yang agak ketakutan.
Sebagai pasukan luar sarang, mereka wajib untuk mendapatkan makanan. Walaupun sedikit.
"Tidak apa-apa. Lebih baik kita pulang saja, terima hukuman dari Jendral. Toh kita sudah berusaha," ucap Rey menenangkan hati teman-temannya.
Ditemani cahaya senja yang meneduhkan, mereka beranjak pulang. Rupanya Jendral sudah menunggu kedatangan mereka.
"Kemana saja kalian?" tanya Jendral khawatir.
Sebelum Rey menjawab, Gembul lebih dahulu membuka suara. "Siap, kami minta maaf pak. Seharusnya kami pulang lebih awal dan membawa makanan, tapi ini sama sekali tidak ada."
Gembul menjelaskan semua permasalahan tadi kepada Jendral.
"Oke, saya terima alasan kalian, tapi kalian tetap harus dihukum. Sekarang, kalian pergi ke dapur, cuci semua piring milik teman-teman kalian," pinta Jendral.
Rey menarik Gembul, Barong dan Bima serta dua semut tadi. "Ayo, sekarang kalian harus tahu bagaimana bahagianya mencuci piring di dapur. Hahaha.."
Mereka menerima hukuman itu dengan lapang dada. Mereka juga tidak lagi saling mengejek.
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H