"Hei, semut kecil! Buat apa kamu ikut dalam barisan ini. Kamu tidak cocok berada di pasukan luar sarang. Cocoknya kamu berlama-lama di dapur, menyiapkan kami makanan kalau kami lelah nanti," ejek Barong.
Bima menyenggol bahu Rey. "Iya benar kata Barong. Udah sana balik lagi. Kamu pasti dicari oleh petugas dapur."
Rey diam saja. Rey tahu, kalau ia berbicara, teman-temannya akan semakin menjadi-jadi.
"Tetoteet!"
Beruntung, suara terompet itu berbunyi. Semua perhatian semut tertuju pada Jendral yang berdiri di atas podium.
"Awas kamu nanti. Kubikin gagal dalam seleksi!" gerutu Gembul menatap Rey.
Rey hanya tertunduk saja. Sebenarnya di dalam hati Rey sudah menangis. Tidak tahan diejek sepagi ini.
Di atas podium, Jendral menjelaskan semua aturan. Kemudian, ia meminta semut-semut muda berbaris sesuai yang diperintahkan. Seleksipun dimulai. Dari memanjat pohon dengan hitungan hingga merangkak di lumpur dilalui. Satu persatu semut muda gugur. Kelelahan.
Hari makin terik. Seleksi belum berakhir. Â Hebatnya, Rey masih ada di barisan yang lolos. Tentunya bersama tiga kawannya yang suka mengejek tadi.
Gembul terlihat ngos-ngosan. Barong merebahkan diri di tanah. Sementara Bima sibuk minum air.
Gembul memelototkan mata kepada Rey. Tanda kalau kesal karena Rey masih lolos.