Mohon tunggu...
Cerpen

Bapakku Bukan Penculik

7 November 2016   15:21 Diperbarui: 7 November 2016   15:45 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Pak polisi…” keluh si istri.

“Pak Tejo. Mengakulah!” pinta si polisi.

“Apa yang mau saya akui jika saya tidak melakukan?” jawab Tejo. “Sampai kalian membunuh saya sekalipun, saya tidak akan mengakuinya. Karena bagaimana saya mengembalikan anak kalian kalau saya tidak ambil? Kalian yang berdosa karena telah ambil saya dari anak-anak saya.”

‘praaakkk!!!’

Sebuah tamparan keras melayang ke wajah Tejo.

“Bunuh saya saja!!! Saya tidak bersalah!!!”

***

 Sri duduk di teras rumah. Langit semakin gelap. Awan terlihat agak mendung. Bapak yang biasanya pulang sebelum adzan magrib berkumandang, sampai kini masih belum nampak batang hidungnya. Sri sangat mencemaskan bapaknya itu. Dua jam lebih ia sengaja menunggu bapaknya. Perasaannya tidak baik.

“Mba Sri. Siap-siap solat dulu. Nanti bapak marah, lho.”

“Ya.”

Tak berapa lama usai waktu magrib suara ketuk pintu membuyarkan sekejap kesedihan Sri. Segera ia buka pintu dan memeluk orang yang ketuk pintu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun