***
“Pak, kenapa bapak tidak mencarikan kami ibu?” tanya Ilham polos.
“Buat apa? Cepat pakai sepatunya, kalian hampir terlambat.” Tejo memakaikan sepatu Ilham.
Ilham berumur paling muda diantara anak lainnya. Tak ayal Tejo paling memperhatikannya karena Ilham sangat manja. Orangtuanya meninggal tertabrak truk ketika sedang memulung.
“Ya, Ilham mau punya ibu dan bapak.”
Tejo memandangi wajah Ilham yang terlihat kecewa. Ia mencium keningnya
“Bapak bisa jadi bapak yang baik buat Ilham dan kakak-kakak. Kak Sri bisa masak seperti ibu. Bukankah sudah cukup?”
Tejo sebenarnya ingin sekali menikah. Umurpun belum menginjak kepala empat. Tapi dia selalu berpikir, wanita mana yang mau dengannya, laki-laki tanpa pekerjaan yang baik dan punya lima orang anak.
“Sri, Ragil, Rani, dan Dimas, pun mau punya Ibu.” Sri memandangi wajah sang bapak yang agak malu mendengar permintaan anak-anaknya itu.
“Baiklah, nanti malam, semua doakan bapak, ya. Supaya cepet dapat ibu untuk kalian.”
Sri anak tertua, memandangi ayahnya penuh haru. Ia bukan tidak mau memasak lagi untuk adik-adiknya, tapi ia ingin lihat bapaknya ada yang menemani semasa tuanya nanti.