Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Mereka dan Aku di Paris, Minsk, Kiev Dan Pripyat

16 Mei 2019   13:37 Diperbarui: 16 Mei 2019   14:03 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku melihat Daphne sudah mulai tenang. Marc dan Daphne saling berangkulan ketika berjalan. Sesekali mereka tertawa kecil. Ketika mereka berjalan paling belakang, ekor mataku mendapati kedua bibir mereka saling bersentuhan.

Beberapa kali Marc memintaku untuk memotret mereka. Ketika melewati sebuah bangunan rumah kosong, mereka memintaku berhenti. Aku mengernyitkan dahi. Rupanya mereka ingin sesi foto singkat. Aku melihat teman-teman rombongan kami memasuki beberapa bangunan di depan kami.

Marc dan  mengajakku memasuki sebuah rumah yang bagian dalamnya porak poranda. Marc memintaku untuk memotret mereka dengan pose yang menurutku tidak pantas. Aku menolaknya.

"Ayolah, Dirk.."

"Hei, kalian mestinya merenungi apa yang pernah terjadi di sini.. Bukan malah foto-foto seperti itu.." kataku dengan nada agak meninggi.

"Dirk, sejak kapan kau jadi polisi moral??" teriak Daphne.

Aku tersentak dengan perkataan Daphne. Kedua matanya menatapku tajam. Ia nampak marah. Kami saling bertatapan cukup lama. Marc diam saja. Aku menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepalaku. Aku berjalan ke arah Marc dan merebut ponselnya.

"Suka-suka kalian!" kataku.

Mereka pun mulai berpose. Sementara aku hanya mengucapkan "un, deux, trois.."

Aku melihat Marc dan Daphne sangat menikmati sesi foto-foto itu. Terus terang beberapa pose mereka membuat jakunku sempat naik turun. Sesi foto-foto berlangsung dengan cepat. Jadi kami tidak begitu tertinggal dengan rombongan kami di depan.

Jujur, kadang aku iri dengan hubungan mereka yang semakin panas saja meskipun beberapa kali putus nyambung, Aku dan Fina tidak mungkin mengumbar kemesraan di depan orang lain seperti mereka. Kadang aku merasa mereka sudah gila tetapi aku segera sadar bahwa kami hanya berbeda budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun