Zach mengatakan bangunan kurva raksasa itu efektif mengurangi tingkat radiasi. Aku luar biasa kagum dengan hasil kerja para insinyur itu. Banyak orang bekerja di dalam bangunan kurva itu untuk membersihkan zat radioaktif. Entah sampai kapan mereka akan bekerja di sana.. Satu, lima, atau sepuluh tahun lagi? Mereka tidak tahu... Â
Mereka menantang resiko besar bekerja di situ demi menyelamatkan manusia dan lingkungan dari dampak radiasi yang berbahaya. Ternyata masih banyak orang mulia di sana...
Foto bersama di depan monumen insiden Chernobyl nampaknya mengakhiri perjalanan tur kami. Perasaan kami semua bercampur aduk. Kami bahagia bercampur haru, seraya berjanji bahwa kami semua akan selalu memelihara Bumi kami. Tidak ada tempat lain bagi ras manusia untuk tinggal selain di Bumi ini, satu-satunya tempat hidup kami.
***
Akhirnya kami pun berpisah di kota Kiev. Aku akan kembali ke Indonesia dari kota Moskow. Marc dan Daphne malam itu juga akan kembali ke Paris. Kami saling bersalaman. Tetapi mereka juga memelukku erat. Mereka meminta maaf bila mereka membuatku marah.
Aku tersenyum seraya mengingatkan bahwa ini bukan kali terakhir pertemuan. Well, mereka sangat ingin kembali ke Bali dan bisa saja kita akan bertemu lagi. Aku akan mengenalkan mereka dengan tempat lain selain Bali. Mereka mengangguk senang.
Sementara itu, aku memutuskan untuk tidak lagi berkirim WA ke Fina. Rasanya Fina tidak memerlukanku lagi. Tidak ada gunanya juga aku mengirimkan foto-foto tempat-tempat yang aku kunjungi.
Tetapi ketika menunggu pesawatku di bandara Sheremetyevo, sebuah pesan Whatsapp datang di ponselku. Dari Fina! Tak sabar aku membukanya. Aku tersenyum dan membalas pesan teksnya.
Fina: Je t'attendrai... (aku akan menunggumu...)
Aku (+25 detik): Â bientt Jakarta ma chrie... (sampai jumpa di Jakarta sayangku..)
Fina (+55 detik): ;) (emotikon senyum dan mengedipkan mata)