"Hai Dirk..Lama tak ketemu.." jawab Daphne agak malas.
Aku sudah mengetahui apa yang terjadi dari Marc. Lewat pesan Whatsapp-nya yang berbaris-baris itu, yang baru sempat aku baca pagi tadi, nampaknya semalam mereka bertengkar hebat. Daphne memutuskan tidak mau ikut dan juga tidak mengijinkan Marc menemani perjalananku ke Chernobyl, Ukraina.
Daphne masih mengkhawatirkan kondisi di Chernobyl yang masih berbahaya. Berkali-kali Marc menjelaskan tentang kondisi terkini Chernobyl, dimana sejumlah area telah dibuka untuk para wisatawan.
Lagipula, Marc sudah mengurus banyak hal untuk kami bertiga. Ia sudah membelikan tiket kereta api, mengurus visa, menghubungi agen perjalanan yang menyediakan paket tur ke Chernobyl, dan lain-lain.
Ya, kami akan ke Chernobyl. Kunjungan kami nanti berkaitan dengan peringatan 33 tahun terjadinya insiden meledaknya pembangkit listrik tenaga nuklir di Chernobyl, Ukraina pada 26 April 1986 silam. Sudah cukup lama aku ingin mengunjungi Chernobyl dan baru kesampaian tahun ini.
Begitu pengajuan cutiku disetujui atasanku, aku berteriak dan melompat kegirangan, mengejutkan teman-teman kantorku yang sedang fokus bekerja. Perasaanku waktu itu campur aduk.
Sejak lima bulan lalu, aku memulai komunikasi dengan Marc lewat email tentang rencanaku ini, dan Marc senang dengan rencanaku seraya berjanji akan membantu sekaligus menemaniku ke sana bersama Daphne. Aku pun segera disibukkan dengan rencana perjalananku ini, termasuk mengurus sejumlah visa.
Sayangnya, kami tidak bisa datang ke Chernobyl tepat pada 26 April 2019. Itu karena kereta api dari Paris hanya tersedia pada hari Kamis. Jadi pilihan kami berangkat di tanggal 25 April. Kami masih bisa mengikuti paket tur ke Chernobyl pada Minggu pagi tanggal 28 April.
Kami bertiga berjalan ke arah lobi hotel St. Chirstopher's Inns. Kami berdua membawa barang terbanyak. Sementara Daphne hanya membawa tas ransel kecil, berjalan di belakang kami.
 "Dirk, kita akan stay di sini sampai besok. Kereta kita berangkat kira-kira jam tujuh malam dari stasiun Gard de L'Est. Aku memilih hotel ini karena kamar dormitory-nya ada rate promo bulan ini pakai kartu kreditku. Di sini nyaman, aku beberapa kali menginap di sini. Makanannya juga enak-enak. Besok kita bisa naik Uber ke stasiun." kata Marc.
"Tidak masalah, Marc. Aku biasa tidur di mana saja. Ingat tidak, dulu aku pernah tidur pulas di kursi panjang warung depan hostel di Denpasar pas kita ngopi malam-malam sampai pagi?" kataku membuka memori kami.