Suatu hal yang menarik adalah ternyata kebiasaan tertentu dapat terbentuk pada diri seseorang sejak ia kecil. Terdapat suatu penelitian dimana empat anak kecil berusia 4 tahun disodorkan cookies cokelat dan lobak. Bila keempat anak mampu bertahan selama 1 jam untuk tidak makan cookies cokelat dan segera memakan lobak, maka anak yang dapat memakan lobak dan tidak memilih cookies akan mendapatkan reward cookies tersebut setelah memakan lobak. Dari empat anak tersebut, hanya 2 anak yang segera memakan lobaknya sementara 2 anak mematahkan cookies dan memasukkannya ke dalam mulut.Â
Dari hasil penelitian ini, anak yang makan cookies cenderung sulit menahan hasratnya, maka kemudian saat mereka dewasa berisiko mengalami overweight atau obesitas karena tubuh mereka tidak mampu menahan diri untuk tidak memakan cookies. Sedangkan anak yang memakan lobak ketika dewasa tetap memiliki tubuh dengan berat badan yang ideal.Â
Mereka memiliki kemampuan untuk menahan diri terhadap makanan yang tidak sehat tersebut. Ternyata, 2 anak yang segera memakan cookies dibesarkan dengan pola asuh dari orang tua yang memberikannya cemilan manis, dan makan makanan ultra proses seperti sosis dan ayam goreng kekinian. Sedangkan 2 anak yang memakan lobak mendapat pola asuh makan makanan bernutrisi dan sehat seperti protein daging dan sayuran.Â
Kebiasaan baik yang dibentuk sejak seseorang masih kecil dari pola asuh orang tua yang ketat dengan memperhatikan gizi dan nutrisi pada makanan yang dimakan oleh anaknya akan membentuk anaknya ketika dewasa nanti menjadi orang yang berberat badan ideal.Â
Demikian sebaliknya. Tentu saja, kebiasaan makan dan minum yang buruk sejak lama akan mempengaruhi kesehatan organ tubuh. Begitu pula kebiasaan tingkah laku yang buruk dapat mengganggu kenyamanan orang lain dan dalam kehidupan bermasyarakat.Â
Kebiasaan dari hal-hal kecil yang sederhana dapat dibentuk untuk meruntuhkan kebiasaan buruk yang merugikan diri sendiri. Kebiasaan kecil dengan berolahraga dapat mengikis kebiasaan buruk dalam merokok, minum alkohol, dan mengurangi berat badan berlebih akibat kebiasaan makan cemilan. Keluar dari zona nyaman yang membuat diri merasa lebih bersemangat dan termotivasi.Â
Namun, mencintai kebosanan juga merupakan kebiasaan yang dapat menyehatkan mental. Di mana, kita tidak terlalu sering menuntut diri untuk mencapai hal yang menjadi standar atau nilai dalam masyarakat seperti memiliki rumah mewah, pekerjaan dengan gaji 3 digit, dan sebagainya. Terlalu memaksakan diri pada akhirnya menyiksa diri dan berakhir dengan kesehatan mental yang buruk.Â
Apalagi saat ini sudah banyak konten kreator dan selebritis yang mengalami bipolar karena tekanan mental di mana mereka harus selalu produktif menghasilkan karya-karya kreatif yang dapat menghibur masyarakat. Mereka terus terpacu dengan menghasilkan jutaan like, subscribe, dan komen.Â
Demi mencapai hal tersebut, mereka menghabiskan seluruh waktu dalam hidup untuk mengumpulkan informasi, mengedit video, rekaman, membaca komen pelanggan, sibuk memeriksa email, dan sebagainya sampai lupa berinteraksi dengan orang nyata di sekelilingnya seperti pasangan, orang tua, dan anaknya. Pada akhirnya, ambisi dan ambisi yang dikejarnya membuat mental mereka tertekan dan berakhir dengan gangguan kepribadian.Â
Bagi Anda atau orang sekeliling Anda yang sudah menjadi kecanduan hal-hal buruk atau terlalu baik yang berlebihan seperti hal produktif yang berlebihan, Anda dapat menyarankan mereka untuk segera menemui psikolog atau psikiater profesional agar masalah mental mereka tertangani. Sadarkan mereka untuk kembali menjadikan diri ke kehidupan biasa yang sederhana dan tidak memperumit diri.Â