Hari Keenam Tahlilan
Pagi itu, Adam, Fikri, Roby, dan Budi bangun dengan perasaan was-was. Malam sebelumnya, meskipun tidak ada penampakan pocong pinjol, ketakutan masih menyelimuti mereka. Kang Asep, yang menginap di rumah Budi, juga merasa perlu lebih mendalami gangguan yang mereka alami.
"Kalian harus tetap tenang. Kita akan hadapi ini bersama," kata Kang Asep saat sarapan bersama.
Adam, Fikri, dan Roby mengangguk, mencoba menenangkan diri. Budi pun tak kalah tegang. Mereka berharap bisa melewati hari ini dengan aman.
Saat siang menjelang, suasana mulai berubah. Fikri, yang sedang membantu menyiapkan makanan di dapur, tiba-tiba merasa ada yang mengawasinya. Saat ia menoleh, bayangan putih melintas cepat di depan pintu dapur.
"Adam, kamu lihat itu nggak?" tanya Fikri dengan suara gemetar.
"Lihat apa, Fik?" jawab Adam yang baru saja masuk ke dapur.
"Tadi ada bayangan putih di depan pintu. Cepat banget gerakannya," jawab Fikri.
Adam merasa bulu kuduknya merinding, tapi ia mencoba tetap tenang. "Mungkin cuma bayangan, Fik. Ayo, kita lanjutkan saja persiapan ini."
Namun, tidak lama kemudian, Roby, yang sedang membantu Budi membereskan kursi di ruang tamu, tiba-tiba merasakan hawa dingin. Ia melihat ke arah jendela dan mendapati sesosok pocong pinjol menempel di kaca jendela, menatapnya dengan mata kosong.