Mohon tunggu...
feriyan pradinata
feriyan pradinata Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi saya olahraga, salah satunya adalah bermain sepak bola atau futsal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi Model Pembelajaran Project Based Learning Berbasis Infografis Mata Pelajaran Sejarah

15 Desember 2022   23:18 Diperbarui: 16 Desember 2022   00:43 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

LAPORAN BEST PRACTICE

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) BERBASIS INFOGRAFIS MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS X TKJ 2 DI SMK NEGERI 1 BANYUMAS

 

 

 

 

NAMA                                                   : FERIYAN PRADINATA, S.Pd 

SEKOLAH/ TEMPAT TUGAS       : SMK NEGERI 1 BANYUMAS   

KABUPATEN                                      : BANYUMAS

 

PROVINSI                                            : JAWA TENGAH

 

 

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI

 

JAWA TENGAH 2022-2023

HALAMAN PENGESAHAN

 

Pengembangan dalam bentuk Best Practice berjudul “IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) BERBASIS INFOGRAFIS MATA PELAJARAN  SEJARAH KELAS X TKJ 2 DI SMK NEGERI 1 BANYUMAS”

 

 

Nama                                                      : Feriyan Pradinata, S.Pd

Jabatan                                                   : Guru Sejarah

Asal Sekolah                                          : SMK Negeri 1 Banyumas 

Telah disetujui dan disahkan pada                                                        : Senin, 23 Maret 2020

BAB 1 

PENDAHULUAN

 

 

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 yang tercantum pada BAB II Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Salah satu program pemerintah Indonesia guna meningkatkan minat baca peserta didik di seluruh Indonesia adalah Gerakan Literasi Sekolah. Program ini berdasarkan Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 tentang pertumbuhan budi pekerti. Penumbuhan budi pekerti ini merupakan kegiatan pembiasaan perilaku positif di sekolah, sehingga membentuk generasi berkarakter positif. Hodgson (dalam Tarigan, 2015:7) menjelaskan bahwa membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Jadi dengan mambaca, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan yang dimilikinya akan semakin luas. Hal ini dapat mempengaruhi proses belajar dan pola pikir peserta didik yang bersangkutan.

Edi Hernadi (2021) memaparkan bahwa minat siswa untuk mempelajari bidang studi dipengaruhi mulai dari metode pembelajaran yang dipakai, penyampaian materi, aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran serta evaluasi belajar. Pengaruh minat belajar memang sangat besar terhadap prestasi belajar, karena apabila metode yang digunakan dalam penyampaian materi tidak sesuai minat siswa, maka yang terjadi siswa tidak akan belajar dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa minat membaca merupakan suatu ketertarikan pada kegiatan membaca yang dapat membantu kegiatan belajar selanjutnya, karena peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan wawasan yang dimilikinya semakin kuat. Begitu pula dengan pembelajaran sejarah diperlukan minat membaca peserta didik guna membantu pembelajaran pada materi selanjutnya. Hal ini karena pembelajaran sejarah memang memiliki banyak materi pembahasan dari peristiwa – peristiwa masa lalu yang ditulis secara kronologis, sehingga tidak mengherankan apabila pelajaran sejarah menjadi salah satu pelajaran yang memerlukan pemahaman yang lebih agar dapat menguasai materi pelajaran tersebut.

Oleh karena itu, peserta didik dituntut untuk banyak membaca agar dapat menguasai materi pelajaran. Apabila peserta didik tidak memiliki minat dalam membaca pelajaran sejarah, maka akan kesulitan dalam menguasai dan memahami materi tersebut. Namun demikian, sebaliknya apabila peserta didik memiliki minat membaca, tetapi tidak diimbangi dengan adanya penjelasan yang membantu peserta didik dalam memahami materi pelajaran sejarah, maka peserta didik akan cenderung menghafal materi pelajaran tersebut. Sehingga peserta didik akan mudah lupa dengan materi pelajaran yang telah dihafal. Adanya paradigma bahwa pelajaran sejarah merupakan suatu pelajaran yang dihafalkan tersebut, dikarenakan peserta didik berpikir bahwa pelajaran sejarah hanya berisi angka tanggal, tahun dan nama-nama tokoh. Padahal pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang berisi rangkaian peristiwa yang ditulis secara kronologis sehingga seharusnya peserta didik mudah dalam menerima materi sejarah tersebut.

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan penulis yang dilakukan di dalam kelas X TKJ 2 SMK Negeri 1 Banyumas ternyata yang menjadi permasalahan minimnya minat membaca buku teks sejarah yaitu fenomena gadget lebih mudah diakses untuk mendapatkan sebuah informasi. Di mana hanya perlu mengetik keyword-nya saja maka akan muncul sejumlah informasi yang kita inginkan. Mudahnya akses informasi melalui gedget ini membuat peserta didik berpaling untuk tidak membaca buku teks sejarah. Buku-buku sejarah yang digunakan dalam proses pembelajaran sejarah menurut peserta didik kelas X TKJ 2 SMK Negeri 1 Banyumas dinilai sebagian besar berisi tulisan yang padat dan gambar yang minim, sehingga membuat peserta didik jenuh untuk membaca buku pelajaran tersebut. Hal tersebut menggambarkan masih minimnya minat membaca peserta didik di kelas X TKJ 2 SMK Negeri 1 Banyumas pada pembelajaran sejarah. Oleh karena itu diperlukan inovasi dalam menyajikan materi pembelajaran yang menarik dan ringkas namun tetap berisi. Dalam pembuatan laporan Best Practice penulis menggunakan upaya menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) berbasis Infografis pada materi Perlawanan Terhadap Kolonial Sebelum Lahirnya Kesadaran Nasional sehingga siswa diharapkan mampu aktif dan bisa lebih mudah memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas.

Terdapat lima ciri dari model Project Based Learning (PjBL). Pertama, Centrality, bahwa penggunaan PjBL harus berpusat pada kurikulum. Pada saat menetapkan/ memilih metode pembelajaran hendaknya diarahkan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan kurikulum dengan cara yang efektif dan bermakna. Kedua, Driving question melalui  PjBL akan membuat siswa menjadi kritis dan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka mengembangkan rasa ingin tahunya dan berupaya untuk menemukan informasi baru. Ketiga, Constructive investigation adalah kegiatan yang melibatkan siswa melakukan hal-hal positif yang bertujuan untuk mengembangkan belajarnya, dengan cara mencari sumber belajar. Keempat, Autonomy adalah proses belajar individual yang terjadi sebagai akibat belajar secara berkelompok dalam mengerjakan projek. Kelima, realism maksudnya adalah pembelajaran yang terbingkai dalam konteks kehidupan nyata.

Model pembelajaran berbasis proyek juga dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah yang bermakna, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata (Thomas, dalam Ni Luh, 2012). Penggunaan model project based learning diharapkan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam membangun empat pilar pembelajaran, karena pemahaman siswa dapat meningkat (learning to know) melalui proses bekerja ilmiah (learning to do) yang dilakukan secara kolaboratif (learning to live together), sehingga kemandirian belajar pada siswa akan tercapai (learning to be).

Langkah-langkah model Project Based Learning (PjBL) :

1. Langkah 1: Pertanyaan mendasar, Guru menyampaikan topik dan mengajukan pertanyaan bagaimana cara memecahkan masalah.

2. Langkah 2 : Mendesain Perencanaan Produk, Guru memastikan setiap peserta didik dalam kelompok memilih dan mengetahui prosedur pembuatan proyek/produk yang akan dihasilkan.

3.   Langkah 3 : Menyusun Jadwal Pembuatan, Guru dan peserta didik membuat kesepakatan tentang jadwal pembuatan proyek (tahapan-tahapan dan pengumpulan).  

4. Langkah 4 : Memonitor Keaktifan dan Perkembangan Proyek, Guru memantau keaktifan peserta didik selama melaksanakan proyek, memantau realisasi perkembangan dan membimbing jika mengalami kesulitan.
5. Langkah 5 : Menguji Hasil, Guru berdiskusi tentang prototipe proyek, memantau keterlibatan peserta didik, mengukur ketercapaian standar.

6. Langkah 6 : Evaluasi Pengalaman Belajar, Guru membimbing proses pemaparan proyek, menanggapi hasil, selanjutnya guru dan peserta didik merefleksi/ kesimpulan.

 a. Tujuan Model Project Based Learning 

1) Melatih sikap proaktif peserta didik dalam memecahkan suatu masalah.

2) Mengasah kemampuan peserta didik dalam menguraikan suatu permasalahan di kelas.

3) Melibatkan ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) pada siswa secara seimbang sehingga hasilnya bisa lebih lama diingat oleh siswa.

4) Meningkatkan keaktifan peserta didik di kelas dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks sampai diperoleh hasil nyata.

5) Mengasah keterampilan peserta didik dalam memanfaatkan alat dan bahan di kelas guna menunjang aktivitas belajarnya.

6) Melatih sifat kolaboratif peserta didik.

Proses pembelajaran dilingkungan sekolah pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dengan yang lainnya yakni mendorong peningkatan hasil belajar pada siswa menjadi lebih baik. Oleh sebab itu sangat diperlukan guru pembimbing dalam memecahkan masalah yang dihadapi baik masalah yang sedang terjadi maupun yang belum terjadi untuk dipecahkan alternatif dan solusinya.

b. Kelebihan dan Kekurangan dari Model Projet Based Learning (PBL)

 1. Kelebihan Model Project Based Learning (PjBL)

Beberapa keunggulan dari model project based learning ini (Nurfitriyanti, 2016: 155), yaitu:

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu dihargai.

b.  Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

c. Membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problemproblem yang kompleks.

d.  Meningkatkan kolaboratif

e.  Mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.

f.  Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber.

g. Memberikan pengalaman kepada siswa untuk kegiatan pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

H. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks dan dirancang berkembang sesuai dunia nyata.

i.  Melibatkan para siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.

j.  Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran

2. Kekurangan model Project Based Learning (PjBL)

Model pembelajaran PjBL menambah beban tugas dan memakan waktu baik bagi guru maupun bagi siswa (Almulla, 2020). Hal ini disebabkan PjBL memang menekankan pada proses pembelajaran. Selain itu, dalam proses interaksi memungkinkan adanya ketidakramahan di antara anggota kelompok sehingga dapat menyebabkan pengalaman negatif bagi semua peserta didik (Bashan & Holsblat, 2012). Kebiasaan siswa untuk bekerja sendiri dapat memungkinkan munculnya kecemasan atau kesulitan ketika harus bekerja sama dengan orang lain. Bekerja secara berkelompok secara terus menerus memungkinkan hilangnya rasa percaya diri dalam belajar mandiri karena kurangnya pengalaman individu (Almulla, 2020). Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena proporsi bekerja secara kolaboratif dalam PjBL cukup besar.

Setelah melaksanakan pembelajaran dengan Model Project Based Learning, penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar siswa meningkat. Lebih bagus dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Ketika Model Project Based Learning (PjBL) ini diterapkan pada  kelas X dan yang lain ternyata proses dan hasil belajar siswa sama baiknya. Oleh karena itu penulis melaporkan perbaikan pembelajaran tersebut sebagai kegiatan best practice berjudul “IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) BERBASIS INFOGRAFIS MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS X TKJ 2 DI SMK NEGERI 1 BANYUMAS”

c. Manfaat 

   Penulisan laporan best practice ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teroritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penulisan karya ilmiah ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan untuk melakukan upaya yang relevan dalam pengembangan proses pembelajaran yang dapat mengatasi kurangnya sikap percaya diri pada siswa dalam pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

Menjadi referensi bagi guru, khususnya guru Sejarah dalam mengembangkan proses pembelajaran.

Menjadi acuan bagi sekolah dalam pengembangan proses pembelajaran.

BAB 2 

 PELAKSANAAN KEGIATAN

 

    A. TUJUAN DAN SASARAN

 

TUJUAN

1. Menginspirasi guru untuk mengembangkan materi dan melaksanakan pembelajaran dengan berorientasi pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS).

2. Meningkatkan kompetensi siswa melalui pembinaan guru dalam merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengevaluasi pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) .

SASARAN

Guru-guru yang tergabung pada musyawarah mata pelajaran (MGMP) Sejarah SMK Negeri dan Swasta beserta para siswanya, lebih khusus Sasaran pelaksanaan Best Practice ini adalah Guru Sejarah beserta siswa kelas X TKJ 2 di SMK NEGERI 1 BANYUMAS sebanyak  36 anak, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan dengan kemampuan yang heterogen. Semoga laporan Best Practice ini bisa menginspirasi guru untuk mengembangkan materi dan melaksanakan pembelajaran dengan berorientasi pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS).

                                                                                              

    B. BAHAN DAN MATERI

 Bahan / Materi Kegiatan

 Materi yang digunakan dalam praktik pembelajaran ini adalah materi kelas X SMK yaitu  Perlawanan terhadap kolonial sebelum lahirnya kesadaran nasional, berikut ini:

Perlawanan Terhadap Kolonial Sebelum Lahirnya Kesadaran Nasional

Kosa Kata Penting

Hal yang Perlu Disiapkan

Sumber Belajar

1. Perlawanan

2. Kolonialisme

3. Diskriminasi

4. Perjanjian Bongaya

5. Kaum Paderi

1. Spidol warna

2. Penggaris

3. Pensil

4. Kertas A4/folio untuk peserta didik mencatat diskusi dan Infografis

  • Ratna Hapsari, 2018. Sejarah Indonesia SMK/MAK KELAS X : Buku siswa. Jakarta:Erlangga.
  • Kemendikbud, 2014. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X semester 1: Jakarta: Balitbang.

C. METODE/CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

           Metode

  1. Penggunaan aspek HOTS, 5M, 4 Dimensi Pengetahuan dan Kecapakan Abad 2l di dalam  proses pembelajaran.

 2. Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan
kecakapan abad 21- kepada peserta didik, yaitu 4C yang meliputi: (1) Communication (2)
Collaboration, (3) Critical Thinking and problem solving, dan (4) Creative and lnnovative.
Berdasarkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Krathwoll dan Anderson,
kemampuan yang perlu dicapai siswa bukan hanya LOTS (Lower Order Thinking Skills)
yaitu C1 (mengetahui) dan C-2 (memahami), MOTS (Middle Order Thinking Skills) yaitu
C3 (mengaplikasikan) dan C-4 (menganalisis), tetapi juga harus ada peningkatan sampai
HOTS (Higher Order Thinking Skills), yaitu C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi).
Penerapan pendekatan saintifik, pembelajaran abad 21 (4C), HOTS, dan integrasi literasi
dan PPK dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan mutu Pendidikan dalam
rangka menjawab tantangan, baik tantangan internal dalam rangka mencapai 8 (delapan)
SNP dan tantangan eksternal, yaitu globalisasi.                  

D. ALAT/INSTRUMEN

Model-model pembelajaran yang sudah banyak dikenal oleh guru, guru pun diharapkan untuk menggunakan atau mengembangkan mode-model pembelajaran yang lebih variatif agar pembelajaran lebih menyenangkan dan menantang. Pembelajaran yang HOTS ditindak lanjuti dengan penilaian HOTS. Soal-soal yang diberikan harus mengukur ketercapaian siswa pada ranah C-4, C-5, dan C-6, disesuaikan dengan KKO yang telah ditetapkan pada RPP. Instrumen  test yang digunakan bisa dalam bentuk soal Pilihan Ganda (PG) atau uraian. Soal PG dan HOTS  yang berorientasi pada HOTS tentunya bukan sekedar menanyakan "apa?", "siapa?", "kapan?" dan "dimana?", tetapi menanyakan "mengapa?" dan "bagaimana?". Berdasarkan hal tersebut, maka guru harus banyak membiasakan soal-soal HOTS kepada  siswa, agar siswa terbiasa mengasah nalar, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan solutif.

Media pembelajaran yang digunakan dalam praktik ini adalah :

 1. Video Perlawanan Sebelum Lahirnya Kesadaran Nasional

2. Buku paket kelas X.

       Ratna Hapsari, 2018. Sejarah Indonesia SMK/MAK KELAS X : Buku siswa. Jakarta:Erlangga.

        Kemendikbud, 2014. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X semester 1: Jakarta: Balitbang

3. Handphone (Sarana mencari sumber informasi)

Instrumen yang digunakan dalam praktik baik ini ada 2 macam yaitu:

1. Instrumen untuk mengamati proses pembelajaran berupa lembar kerja peserta didik/ LKPD

2. Instrumen untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan Soal pilihan ganda dan  uraian singkat.

E. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN

Waktu kegiatan Best Practice ini dilaksanakan pada tanggal 16-20 Maret 2020 bertempat di SMK N 1 Banyumas.

BAB III 

HASIL KEGIATAN

 

Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 2l kepada peserta didik, yaiu 4C yang meliputi: (l) Communication (2) Collaboration, (3) Critical Thinking and problem solving, dan (4) Creative and Innovative. Berdasarkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Krathwoll dan Anderson, kemampuan yang  perlu dicapai siswa bukan hanya LOTS (Lower Order Thinking Skills) yaitu C1 (mengetahui) dan C-2 (memahami), MOTS (Middle Order Thinking Skills) yaitu C3 (mengaplikasikan) dan C-4 (menganalisis), tetapi juga harus ada peningkatan sampai HOTS (Higher Order Thinking Skills), yaitu C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi). Penerapan pendekatan saintifik, pembelajaran abad 2l (4C), HOTS, dan integrasi literasi dan PPK dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan mutu Pendidikan dalam rangka menjawab tantangan, baik tantangan internal dalam  rangka mencapai 8 (delapan) SNP dan tantangan eksternal, yaitu globalisasi. Melalui berbagai pelatihan atau bimbingan teknis (bimtek) K-l3 yang telah dilakukan selama ini diharapkan mampu mengubah paradigma guru, juga meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran.

Masalah yang dihadapi terutama adalah belum terbiasanya siswa belajar dengan model Project Based Learning. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik guru selalu menggunakan metode ceramah, siswa pun merasa lebih percaya diri menghadapi ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ceramah. Agar siswa yakin bahwa pembelajaran tematik dengan Project Based Learning dapat membuat mereka lebih meguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills HOTS).

      Selama pelaksanaan Best Practice terdapat beberapa masalah dan cara mengatasinya yang  akan terangkum dalam tabel berikut ini :

NO

Masalah/Kendala

Cara Penyelesaian

Keterangan

1.

Peserta didik belum terbiasa menggunakan model pembelajaran Project Based Learning  (PjBL)

Ditampilkan gambar- gambar yang menarik agar memotivasi peserta didik untuk bertanya

Gambar menggunakan warna yang menarik, ukuran gambar disesuaikan agar peserta didik bisa melihat dengan jelas

2.

Kurangnya sikap percaya diri pada peserta didik ketika ingin bertanya.

Guru melakukan upaya agar pembelajaran menjadi menyenangkan dan peserta didik semangat dalam mengikuti

pembelajaran.

Peserta didik mampu mengorganisasikan apa yang peserta didik ingin ketahui.

3.

Buku cetak dan bahan referensi yang tersedia disekolah belum mencukupi dengan perbandingan jumlah

Peserta didik

Guru harus memperbanyak materi pelajaran

1 buku untuk 2 peserta didik

4

Kesulitan mengalokasikan waktu sesuai dengan sintak-sintaknya karena peserta didik telah terbiasa dengan metode ceramah

Harus konsekuen dengan waktu yang telah ditentukan

Memberi arahan/cara kerja dalam kelompok

BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembelajaran Sejarah dengan model pembelajaran Project Based Learning layak dijadikan praktik yang baik untuk pembelajaran berorientasi HOTS karena dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikirkritis, dan pemecahan masalah.

2.  Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis dan cermat, yang mengacu pada pembelajaran tematik dengan model pembelajaran Project Based Learning yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.

B. REKOMENDASI

      Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran tematik dengan model pembelajaran Project Based Learning, berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.

1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan buku guru serta materi pembelajaran yang relevan, tetapi berani melakukan inovasi dalam model dan metode pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan latar belakang siswa dan situasi serta  kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna.

2.  Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam belajar,   tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini akan membantu  siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan lama (tidak mudah lupa)

3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut melaksanakan  pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah, seperti penyediaan sarana dan prasarana yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Hernadi Edi (2021) Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, Vol. 4 No. 1 Tahun 2021/ ISSN:  2714-7908

Bachman, Edmund. 2005. MetodeBelajarBerpikirKritis dan Inovatif.Jakarta : PT. PrestasiPustaka Raya.

Bell, S. (2010). Project-Based Learning for the 21st Century: Skills for the Future. [Versi Elektronik]. The Clearing House, 83: 39–43, 2010. Taylor & Francis Group, LLC.

Depdikbud. 2003. Undang-undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Puskurbuk balitbang.

https://ejournal.upi.edu/index.php/JIK

 

Hartini, Ayu (2017) Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Vol. 1 No. 2a / P-ISSN: 2581-1800 E-ISSN: 2597-4122

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun