Jika sebuah organisasi atau masyarakat dikelola oleh pemimpin yang berbudi luhur, maka seluruh sistem akan cenderung mengikuti teladan tersebut. Sebaliknya, jika pemimpin mempraktikkan keburukan moral, maka organisasi atau masyarakat yang dipimpinnya akan mengalami kehancuran.
1. Budaya Organisasi yang Berbasis Kebajikan
Dalam konteks organisasi modern, banyak perusahaan yang berusaha membangun budaya organisasi yang didasarkan pada nilai-nilai etika. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menerapkan etika kepemimpinan yang konsisten dengan nilai-nilai Aristoteles, seperti keadilan, integritas, dan kebijaksanaan.Â
Pemimpin harus menjadi teladan dalam hal ini dan mendorong karyawan untuk mengembangkan kebajikan dalam pekerjaan mereka sehari-hari.
Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan seperti Google dan Patagonia dikenal karena budaya organisasi mereka yang berfokus pada inovasi, tanggung jawab sosial, dan kepemimpinan yang etis. Mereka tidak hanya berusaha memaksimalkan keuntungan, tetapi juga berusaha memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
 Patagonia, misalnya, sering kali menentang konsumsi berlebihan dengan kampanye seperti "Don't Buy This Jacket", yang mengajak konsumen untuk berpikir lebih hati-hati tentang dampak lingkungan dari pembelian mereka. Ini adalah contoh bagaimana sebuah perusahaan dapat mempromosikan kebajikan kesederhanaan dan tanggung jawab melalui kebijakan korporat.
2. Pengembangan Kebajikan Melalui Pendidikan dan Pelatihan
Kebajikan dapat dibentuk melalui pendidikan dan pelatihan, sesuai dengan gagasan Aristoteles bahwa kebajikan adalah hasil dari pembiasaan. Oleh karena itu, program-program pelatihan kepemimpinan di perusahaan, lembaga pemerintah, dan organisasi nirlaba harus memasukkan komponen etika untuk membantu pemimpin masa depan mengembangkan karakter yang kuat.
Sebagai contoh, beberapa universitas dan sekolah bisnis, seperti Harvard Business School dan Stanford Graduate School of Business, kini menawarkan program kepemimpinan etis yang didasarkan pada pengajaran kebajikan dan pengambilan keputusan moral.Â
Melalui program-program ini, para calon pemimpin dilatih untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan mereka dan memastikan bahwa mereka selalu memprioritaskan kesejahteraan kolektif daripada keuntungan pribadi.
3. Kebijakan dan Peraturan yang Mendorong Kebajikan