Dalam konteks ini, kebajikan keadilan memainkan peran penting. Keadilan tidak hanya mengacu pada keadilan hukum, tetapi juga pada distribusi yang adil dari sumber daya, peluang, dan kesejahteraan sosial di antara semua anggota masyarakat.
Dalam praktek modern, ini diterapkan dalam kebijakan pemerintah yang berfokus pada redistribusi kekayaan melalui pajak progresif, pelayanan publik yang lebih baik, atau kebijakan welfare state yang memberikan jaring pengaman sosial bagi yang kurang beruntung. Semua ini merupakan contoh bagaimana pemimpin yang berorientasi pada kesejahteraan kolektif berusaha menyeimbangkan kepentingan individu dan masyarakat.
3. Kesejahteraan Kolektif dalam Kepemimpinan Politik dan Sosial
Dalam politik modern, banyak pemimpin yang gagal mempertimbangkan kesejahteraan kolektif karena terjebak dalam dinamika kekuasaan dan kepentingan pribadi. Ini terlihat dalam beberapa pemimpin populis yang mengeksploitasi ketidakpuasan rakyat untuk keuntungan politik pribadi, tanpa menawarkan solusi jangka panjang yang berkelanjutan.Â
Seperti yang diingatkan Aristoteles, pemimpin yang baik harus berkomitmen pada kesejahteraan bersama, dan ini memerlukan keadilan dalam pengambilan keputusan, tidak hanya bagi pendukungnya tetapi bagi seluruh warga negara.
Sebagai contoh, dalam sejarah politik modern, kita bisa melihat pemimpin seperti Franklin D. Roosevelt dengan kebijakan New Deal-nya yang menciptakan keseimbangan antara kepentingan pribadi (pemulihan ekonomi) dan kesejahteraan kolektif (melalui penciptaan pekerjaan dan jaring pengaman sosial).Â
Kebijakan Roosevelt tidak hanya menyelamatkan Amerika Serikat dari Depresi Besar, tetapi juga mempromosikan prinsip-prinsip keadilan sosial yang mencerminkan nilai-nilai Aristotelian.
Selain itu, pemimpin seperti Nelson Mandela menunjukkan bagaimana kesejahteraan kolektif dapat dicapai melalui rekonsiliasi daripada pembalasan. Setelah berdekade-dekade dipenjara, Mandela memilih jalan perdamaian untuk menyatukan rakyat Afrika Selatan yang terpecah, daripada mengejar kepentingan pribadi atau kelompoknya.
 Dalam konteks ini, Mandela dapat dilihat sebagai penerapan nyata dari phronesis, di mana kebijaksanaan praktis diterapkan untuk mencapai kesejahteraan bersama, bukan sekadar kemenangan politik.
Membangun Budaya Kebajikan dalam Kepemimpinan Modern
Kebajikan bukan hanya sesuatu yang dikembangkan pada tingkat individu, tetapi juga dapat dipromosikan pada tingkat institusional dan budaya. Aristoteles percaya bahwa pemimpin memiliki peran kunci dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kebajikan.Â