Mohon tunggu...
Felicia Ivana
Felicia Ivana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

NIM: 46124010014 // S1 Psikologi // Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Aristoteles

23 Oktober 2024   18:54 Diperbarui: 23 Oktober 2024   18:54 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Visi dan misi yang jelas memberikan arah yang kuat bagi kepemimpinan. Aristoteles mengajarkan bahwa tujuan harus dipahami dengan baik dan bahwa tujuan tersebut harus berada di jalur yang benar untuk mencapai eudaimonia. Dalam dunia modern, ini berarti pemimpin harus memiliki pemahaman mendalam tentang apa yang ingin mereka capai dan bagaimana cara mencapainya.

Sebagai contoh, dalam dunia teknologi, CEO Elon Musk dari Tesla dan SpaceX memiliki visi yang jelas: menjadikan energi berkelanjutan sebagai arus utama dan menjelajahi luar angkasa untuk masa depan umat manusia. Implementasi dari visi ini, meskipun kontroversial, tetap berada dalam jalur yang jelas untuk mencapai tujuan jangka panjang yang lebih besar daripada sekadar keuntungan ekonomi.

  1. Mengejar Kebenaran (Pursuing Truth)

Aristoteles menekankan pentingnya pemimpin untuk selalu mengejar kebenaran dan tidak terjebak dalam ilusi atau kebohongan. Dalam konteks modern, ini berarti transparansi, integritas, dan komunikasi yang jujur. Dalam politik, pemimpin seperti Angela Merkel telah dikenal karena kejujurannya dan keteguhannya pada kebenaran, meskipun dalam banyak kasus ini mungkin tidak populer atau mudah.

  1. Memahami Situasi dan Common Sense (Pragmatism)

Memahami konteks sosial dan situasi yang dihadapi adalah kunci untuk pengambilan keputusan yang bijaksana. Aristoteles percaya bahwa pemimpin yang baik harus memiliki common sense yang kuat, atau kemampuan untuk mengenali kenyataan sosial dan bereaksi secara proporsional.

Pemimpin perusahaan global seperti Indra Nooyi, mantan CEO PepsiCo, menunjukkan pemahaman yang kuat tentang dinamika pasar yang berubah, serta keseimbangan antara kebutuhan konsumen dan tuntutan sosial. Kebijaksanaannya dalam memandu PepsiCo ke arah yang lebih berkelanjutan sambil mempertahankan profitabilitas adalah contoh penerapan common sense dan phronesis dalam dunia bisnis.

  1. Belajar dari Pengalaman (Experience as a Teacher)

Kebijaksanaan tidak bisa dicapai tanpa pengalaman. Aristoteles percaya bahwa pemimpin harus belajar dari kesalahan dan kesuksesan mereka untuk mengembangkan phronesis. Di dunia modern, pengalaman berperan penting dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dan lebih bijaksana.

Sebagai contoh, Warren Buffett, salah satu investor paling sukses di dunia, dikenal karena kemampuannya untuk belajar dari pengalaman, baik dalam kegagalan maupun kesuksesan. Filosofinya tentang investasi jangka panjang, yang dibangun melalui pengalaman puluhan tahun, mencerminkan kebijaksanaan praktis yang terus berkembang dari waktu ke waktu.

  1. Memiliki Kemampuan Devil's Advocate (Critical Thinking)

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun