Mohon tunggu...
Fahrizal A.Z Mursalin
Fahrizal A.Z Mursalin Mohon Tunggu... -

Little boy, who desperately want to make books. Mmm, Like a writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Pukul Sebelas Malam di Brenabue

24 Desember 2013   18:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:32 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menatapnya. Iya, benar. Hari itu ia berkata akan menceritakannya suatu saat nanti kepadaku. Yah, aku masih penasaran dengannya. “oh, tentu. Terimakasih kau masih mengingatnya. Aku masih penasaran.”

“baiklah seperti ini.” musik-musik mulai berdengung dengan merdu di setiap sudut ruangan ini. “suamiku. Aku memiliki seorang anak perempuan. Keluarga kami dulunya yang terindah yang pernah aku rasakan. Aku selalu menceritakan kisah-kisah kepadanya setiap malam sebelum ia tertidur. Ya, dia suka dengan cerita. Terutama jika aku yang menceritakannya.” Ia berhenti untuk menarik nafas sejenak.

Aku menyimak sambil terus menatap kain dan rambut palsu yang ada di hadapanku.

“sementara suamiku. Ia selalu mengamatiku jika aku sedang asik bercerita untuk Hana. Terkadang ia menaruh perekam suara secara sembunyi-sembunyi untuk merekam suaraku dan menertawakannya. Tapi aku tidak perduli. Aku bisa menghapusnya nanti ketika ia pergi kerja atau sedang tertidur.”

Aku masih menyimak.

“kami sering berakhir pekan di pantai. Hana menyukai pantai karena baginya, hanya di pantai ia bisa dekat dengan langit. Terutama yang sering ia katakan padaku tentang kaki langit. Ia sangat ingin kesana. ‘ibu dan ayah akan mengantarkanmu suatu saat kesana. Bersabarlah dan nikmati dulu kehdupamu saat ini’ aku sudah berjanji padanya. Ya, aku tahu aku salah.”

“salah karena apa? Kau hanya berjanji padanya.”

“suatu hari, kala itu kami---aku dan Hana---sedang sangat lelah. Selepas aku bercerita, aku tertidur bersamanya di kamar Hana. Di situlah letak ke salahanku.”

Aku menyinyirkan dahi. Menunggu Merry melanjutkan ceritanya.

“ketika aku tertidur. Sesuatu terjadi pada rumahku. Semuanya terbakar, lemari, baju-baju, kertas-kertas gambar milik Hana semuanya ludes terbakar. Aku baru tersadar dari tidur kuketka api sudah membakar sekitarku.” Ia menahan nafas sejenak. “aku berusaha mencari jalan keluar sambil terus berteriak meminta pertolongan dari siapapun yang mendengar jeritanku. Sesaat kemudian seorang pira datang membus api-api itu. Ya, dia suamiku. Aku katakan padanya, ‘Hana di dalam. Kau harus menyelamatkannya sekarang.’ Tapi ia tak mendengarku, katanya sudah tidak ada waktu lagi sehingga dia hanya menarikku keluar dari rumah yang sudah terbakar itu.” Ia terdiam cukup lama.

Aku menarik nafas dalam-dalam. Rasanya, aku menyesal sudah menyuruhnya bercerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun