“baiklah, aku akan mengalah pada seorang wanita cantik.”
Tampangnya pria ini sudah berjam-jam di tempatnya. Wajahnya kusut, rambutnya berantakan, demi Tuhan masalah apa yang terjadi padanya sehingga ia harus terlihat kacau seperti itu. Aku merasa tak enak berbicara dengannya. Aku berdiri dari mejaku dan bergegas melangkah pergi dari tempat ini. Aku membuka pintu, berjalan menuruni tangga. Mungkin malamku cukup sampai sini saja.
“hey,hey tunggu. Aku hanya ingin berbicara padamu.”
Aku menghentikan langkahku dan berbalik. Oh, pria yang tadi. Ia mengejarku sampai luar. “baiklah. Apa yang ingin kau bicarakan denganku?” perlahan-lahan aku mendekat menuju pria itu.
“namaku, John. Aku tahu aku sedang mabuk berat, tapi melihatmu, aku rasa aku akan lebih mabuk lagi. Aku akan mabuk jika aku mabuk melihatmu.”
Aku menahan tawa mendengar perkataannya yang tak jelas itu. “John,.. sebaiknya kau pulang.”
“tidak. Bahkan sebelum aku mengetahui namamu, aku ingin mengajakmu berkencan. Sebuah pesta besok malam, mungkin. Hanya aku dan kau.”
“Jonita.” Aku memotong, “kau bisa memanggilku Nita.”
“yah, Nita. Hanya kita berdua.”
Kami terdiam sejenak, membiarkan udara malam menyapuku dihadapan seorang pria berpostur tegap ini. Tatapannya sangat dalam kepadaku. Sebenarnya aku benci mendapat tatapan seperti itu dari seorang pria. Tetapi, entah apa yang membuatku hangat ketika membalas tatapannya yang halus itu.
“hmm, baiklah, John. Aku terima ajakanmu.” Aku melangkah semakin mendekat kepadanya. “besok, pukul sembilan di tempat ini. Aku mau meja yang dekat dengan jendela. Dan mulai besok, kau harus mengurangi kebiasaan mabukmu di hadapan seorang wanita.”