Mohon tunggu...
Fahrizal A.Z Mursalin
Fahrizal A.Z Mursalin Mohon Tunggu... -

Little boy, who desperately want to make books. Mmm, Like a writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Pukul Sebelas Malam di Brenabue

24 Desember 2013   18:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:32 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“yah, terimakasih.”

Aku terdiam di mejaku. Padanganku tertuju pada secangkir Shake yang setengah terisi di hadapanku. Sejujurnya, aku masih tidak mengerti dengan orang-orang di sini. Dan aku. Iya, aku sendiri tidak mengerti dengan diriku yang tetap datang ketempat ini. Aku sudah tahu ini bukan tempat yang bagus, aku sudah tahu jika aku duduk di dalam sana, maka sebenarnya aku bereda di tengah-tengah mereka yang sering aku sebut tak punya harga diri lagi. Dan berarti aku salah satunya. Tapi entahlah, sekarang aku tidak mengerti mengapa aku berbicara kepada seorang pelayan, seoran wanita, wanita paruhbaya, dan pertanyaan-pertanyaanku tadi. Tidak bisakah aku menarik semua itu? Aku yakin itu sudah merusak pikirannya.

Jika saja seseorang menanyakanku mengapa aku bisa berada di tempat ini, pasti aku tidak akan bisa menjawab sebaik Merry tadi. Mungkin karena alasan Merry bekerja di sini jelas. Tidak denganku yang datang di tempat ini untuk berusaha lari dari rindu yang tak jelas ini.

Ya, aku bisa merasakan itu. Aku sangat rindu pada seseorang, aku selalu membawanya kemimpiku tapi setelah aku tersadar aku tidak mengingatnya lagi. Sedikitpun itu. Yang aku tahu dari rindu hanyalah sesuatu yang menghalang ketika aku dalam suatu kegiatan, jika aku berusaha melupakannya, maka sebenarnya aku hanya berusaha agar rindu itu semakin mendatangiku, sepertinya aku memang hidup untuk merindukan, bukan dirindukan. Dan bodohnya, aku tetap pada rindu yang tidak merindukanku.

Ah, jika saja aku bisa melupakan itu. Yang tidak aku suka ketika aku mulai berusaha menjadi seseorang yang aku rindukan. Sebenarnya aku benci itu.

“kau tahu, seseorang sepertimu yang baru datang ketempat ini. Sebaiknya tidak lancang seperti itu.” Aku mendengar suara, gumam seorang pria yang sepertinya dekat denganku.

Aku menoleh kesekitarku.

“ya, kau, nona. Aku bicara kepadamu.” Oh benar dugaanku, seorang pria tengah berbicara kepadaku.

“ada apa denganmu?”

“oh ayolah. Sadar sedikit, kau sedang mabuk.”

“tidak. Aku sedang tidak mabuk. Kau yang sedang mabuk.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun