"Anak-anak sudah menunggu untuk makan malam Mas", seorang wanita yang muncul dari balik empat anak-anak yang tadi ribut ingin ikut hujan-hujanan.
"Iya .... Biar ku antar Mas pelanggan yang terakhir ini" sahutnya
Aku masih menatap si pengojek payung sambil sesekali mengalihkan pandangannku ke penumpang mobil Toyota Alphard Hitam, aku masih terkejut, heran, bengong dan tatapanku pada si kakek ini seperti sedang menuntut penjelasan darinya.
"Nanti saya jelaskan" ujarnya menjawab pertanyaan yang terpampang jelas pada wajahku.
"Apakah rumahnya masih jauh" , lanjutnya
"Enggak koq, tinggal 100 meter lagi, biar pak saya lari aja dari sini, sudah agak reda koq hujannya", tiba-tiba aku merasa tidak pantas, malu, rendah diri dan entah perasaan apa lagi yang aku rasakan namun rasa penasaran adalah yang terkuat "Siapa sebenarnya si Kakek pengojek payung ini ?
"Mas Joko, tolong tunggu di depan ya, kira-kira 100 meter" si Kakek dengan lembut menyuruh Supir Toyota Alphard yang sedari tadi juga ikut membuka kaca.
"Yuk mas kita teruskan, sambil aku jelaskan, supaya mas gak penasaran"
Kali ini si Kakek pengojek payung berjalan di sebelahku dan mulai bercerita.
"Itu tadi istri dan cucu-cucuku"
"Tiga puluh lima tahun yang lalu, ketika masih kuliah di IPB, untuk membiayai kuliah, Bapak banyak mengerjakan pekerjaan sambilan, diantaranya dengan menjadi pengojek payung."