"Oh begitu yaa.." Sialan dalam hatiku, sudah sok pahlawan dan melawan malah telat juga.
"Njenengan dari mana?"
"Kantor Balai Kota"
"Lha kok repot-repot kesini, kan tinggal tilpun, wes balik saja ke kantormu"
"Nggeh Pak"
Merasa bodoh sebagai seorang pegawai kantor Balai Kota, panik memang membuat daya ledakku berapi-api. Kok aku tidak bisa berpikir jernih sebelum bertindak, kacau, mampus lah aku kalau kembali ke kantor sekarang. Dalam hatiku terpikir kalau langsung pulang ke rumah saja, besok biarlah besok. Pasti cibiran bertubi-tubi sudah menantiku, aku akan membiarkan marah orang-orang di kantor terkumpul terlebih seharian sebelum meledak besok pagi.
Bapak dirumah masih menghisap rokok dan mendengarkan Sam Saimun sampai merem. Sebagai anak pertama jujur aku tidak begitu sering mendengarkan koleksi Sam Saimun milik Bapak. Namun dikala sumpek seperti ini ada baiknya duduk sebentar dan menghabiskan rokok bersama bapak dan mendengar suara tebal Sam Saimun.
Tanpa tujuan yang tertentu,
Bujang dara keluar pintu,
Dengan harapan jumpa satu,
Penawar asmara dirindu..