Mohon tunggu...
Farobi Fatkhurridho
Farobi Fatkhurridho Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Sudah saya bilang, saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Samgong

6 Mei 2020   13:22 Diperbarui: 6 Mei 2020   13:35 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku yang bikin makanannya, Man!"

Mendengar pernyataan itu seketika proses mengunyahku setengah berhenti, aku tertegun tapi wajah Roro tiba-tiba menjadi pucat dan rautnya sedih. Apa yang sebenarnya terjadi, dan terlebih lagi aku harus merespon apa terhadap pernyataan Roro ini. Tidak bisa tidak, aku tidak bisa melihat kantung matanya hampir meluap, aku menariknya untuk duduk dan memberinya segelas air mium. Ia tidak bersuara lagi, dan aku melanjutkan kunyahanku yang setengah berhenti tadi. Bu Jum mungkin mendengarnya mungkin juga tidak, dia dari tadi menggoyang goyangkan kipas diatas lauk pauknya yang penuh dengan kerumunan lalat.

Roro dengan pelan meneguk segenggam air minum dengan sedikit tersedak lalu ia ingin mulai membuka mulutnya, aku menghentikannya sejenak memastikannya tenang dan tidak keburu panik. Roro duduk bersebelahan denganku saja pasti bisa jadi geger apalagi kalau sampai Burhan tahu mampus lah aku.

"Aku yang bikin gara-gara, Man!!"

"Pelan-pelan, coba ceritakan kenapa bisa kamu yang bikinin makanan itu?"

"Aku musti gimana? Apa aku ngomong saja ke kantor pulisi?"

"Wes, tenang dulu, coba ceritain dulu.."

Lalu Roro kembali menangis sesenggukan, aku merasa ada sebuah batu berat menindih menimpa punggunnya seketika sesaat ia ingin berbicara. Pada akhirnya ia mau buka mulut perlahan sembari ku usap punggunnya pelan.

"Modyar" dalam hatiku menggumam, pasti Bu Jum bakal mikir yang aneh-aneh melihat bini orang sesenggukan dan diusap pria lain di bangku kantinnya.

Pelan-pelan aku mulai mengerti kegelisahan Roro, benar saja, untung aku tidak gegabah dengan ucapan Burhan tadi pagi. Roro menjadi penyelamatku siang ini, meskipun nanti malam aku tidak tahu bagaimana nasib perempuan ini. Sialan, sudah kuduga Burhan pasti sudah menyiapkan sesuatu untuk menjebakku. Minggu lalu aku memang terlalu bersemangat, panik dan tak tahan mendengar jeritan orang-orang. Tapi tidak hari ini, aku sudah tahu akal busuk Burhan dari mulut bininya sendiri. Aku harus segera bertemu dengan orang-orang yang kemarin jadi korban penganiayaan dan interogasi.

Aku suruh Roro segera pulang dan menghapus air mata, jangan sampai lebih banyak orang tahu perihal ini. Secara tidak langsung aku memintanya untuk mengkhianati suaminya sendiri dan ia bersedia. Tiba saatnya aku harus menghadapi Bu Jum, sembari membayar makan siangku aku dengan pelan bisik-bisik sesuatu ke telinga sebelah kanan Bu Jum. Dengan santai Bu Jum tidak merespon apapun, melempar uang kembalian dan kembali menggoyang-goyangkan kipas di atas lauk pauk yang hampir habis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun