Mohon tunggu...
Farobi Fatkhurridho
Farobi Fatkhurridho Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Sudah saya bilang, saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Samgong

6 Mei 2020   13:22 Diperbarui: 6 Mei 2020   13:35 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

---

"Man, ayo keluar, gerah, jajan yok"

"Walah lagi gak ada duit, Mbel"

"Wes sante aja, aku abis tembus semalem"

Lalu malam berlalu seperti biasa Dimbel selalu terburu-buru dengan ajakan jajannya. Prostitusi di daerah ini memang sangat terkenal sampai ke luar kota, udaranya yang dingin menambah gairah pelancong wisata lendir ini. Semalam Dimbel mimpi sedang menggendong jemuran dan dipamerkan ke tetangganya, ia sendiri masa bodo dengan makna mimpi yang ia alami. Satu yang Dimbel tahu adalah ia harus segera membuka kamus konversi tafsir mimpi ke dalam deret bilangan unik.

Semua orang mengetahui betapa payahnya kemampuan kalkulasi Dimbel, meskipun terkadang ia dapat hoki seperti malam ini dan dengan ringan tangan foya-foya tanpa ada beban. Tapi sebenarnya kebanyakan orang dan teman terdekat lebih sering melihatnya bangkrut sejadi-jadinya dan pusing terlilit utang-piutang. Terkadang melihatnya gembira semalam seperti ini saja sudah cukup menghibur ketimbang mendengar keluhannya setiap hari sambil mewek pinjam duit. Aku yang sebenarnya mulai kesepian dan tak ada uang malam ini mau-mau saja dibawa Dimbel, mumpung jajan gratis dalam hatiku berkata.

Terkadang aku berpikir kata-kata adikku ada benarnya juga, terkadang aku merasakan kesepia     n. Mau bagaimana lagi, patah hatiku yang terakhir benar-benar membuatku muak menjalin hubungan pra-pernikahan. Lagipula kesepian ini masih bisa diobati dengan hal-hal seperti ini, Dimbel yang sudah menikah saja justru paling menggebu-gebu dalam perkara jajan.

Masih banyak hal yang harus ku urus, beberapa pekerjaan di kantor cukup memusingkan. Terlebih dengan demo warga yang menolak dengan sadar bahwa tanah dan lahan mereka akan segera digusur karena pembangunan jalan tol. Beberapa kali aku yang menjadi tumbal untuk bertatap muka langsung dengan mereka. Mau jadi apa kalau tiba-tiba aku melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat ini, bisa-bisa tenda pernikahan diinjak-injak, diludahi bahkan dibakar. Secara tidak langsung mereka telah menganggapku musuh, meskipun ada beberapa orang yang mengerti aku hanya berjaga menjalankan tugas dari atasan.

---

"Mas!! Warga desa sebelah petilasan banyak yang muntah-muntah, dho gumoh kuwabeh mas!!" Teriak seorang pemuda sambil menggoyag-goyangkan bahuku.

Aku belum juga tersadar dengan lamunan betapa cantiknya Roro yang lewat dengan membawa tumpukan rantang penuh berisi bekal makan siang suaminya yang jabatannya lebih tinggi sedikit dibandingkan denganku. Dalam hatiku kapan kiranya aku mendapat kiriman bekal makan siang dari istri yang mengkhawatirkan suaminya jajan sembarangan di sela-sela kesibukan pekerjaan menjadi tumbal atasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun