---
Aku mencoba berkunjung ke desa S diam-diam tanpa surat perintah dan tanpa satupun orang kantor yang tahu, mungkin Burhan tahu, entahlah hanya perasaanku saja. Situasi perkampungan memang sepi seperti biasa, warga sekitar sibuk mencari rumput untuk pakan ternak atau menyaring air nira kelapa. Orang-orang yang tersangkut dalam interogasi agak sulit ditemui, mungkin mereka memilih untuk berdiam diri dan tidak ingin ditanya-tanya orang. Tapi aku bertemu dengan Mas Kardi yang sepertinya hampir menghindar ketika kusapa tapi tidak punya peluang bersembunyi sehingga mau meladeniku.
      "Mas Kardi, Mas!!"
      "Eh, Herman..." gerak-geriknya tidak terlalu mempedulikanku, ia sibuk dengan perasan air niranya.
      "Bikin badheg mas??"
      "Weruhe priwe?? Arep?"
      "Mas, Aku mau nanya masalah kumpul-kum.." belum selesai aku menjelaskan perihal kedatanganku sudah dicegat dengan segelas badheg di depan muka.
      "Wes, diombe sit, sinih duduk"
      "Mas, kumpul-kumpul itu cuma akal-akalan orang dinas aja, Mas..."
      "Lha, bukannya kamu juga orang dinas?"
      "Ini beda, Mas!"