Mohon tunggu...
Faradina Milla Maula
Faradina Milla Maula Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Manajemen Pendidikan Islam UIN Malang 2017 Manajemen Pendidikan UNY 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Kurikulum

2 September 2019   19:36 Diperbarui: 2 September 2019   19:40 3472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENDAHULUAN

Kurikulum dapat dikatakan sebagai kunci pendidikan, karena objek kurikulum meliputi arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya akan menentukan tingkat kualifikasi lulusan dari suatu lembaga pendidikan masing-masing. 

Banyak pendapat yang menyatakan tentang pengertian kurikulum, berikut pengertian kurikulum dari beberapa sumber. Menurut Franklin Bobbt (1918) kurikulum adalah susunan pengalaman belajar terarah yang digunakan oleh sekolah untuk membentangkan kemampuan individual yang dimiliki oleh setiap anak didik.[1] Kurikulum dipandang sebagai "suatu rencana yang telah disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar yang berada dibawah bimbingan dan tanggung jawab lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya"[2].

Sedangkan Oemar Hamalik mendifinisikan Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses activities, and experience which pupils have under the direction of school, whether in the classroom or not.[3] 

 

Kurikulum menurut B. Othanel Smith, W.O. Stanley dan J. Harlan Shores, memandang kurikulum sebagai "a sequence of potential experiences set up in the school for the purpose of disciplining children and youth in group ways of thinking and acting".[4] 

Dari uraian pengertian mengenai kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu pedoman yang digunakan untuk melaksanakan program pendidikan, baik aturan formal maupun non formal. Untuk itu kurikulum mempunyai pengaruh yang besar untuk melahirkan kader-kader yang dapat mengharumkan nama bangsa dan negara kelak. Untuk dapat menciptakan atau melahirkan generasi emas yang akan menjadi harapan di masa depan maka sudah menjadi tugas setiap guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk memahami kurikulum sekolah tempat dimana mereka bekerja. 

 

Tanpa adanya kurikulum dalam suatu lembaga pendidikan, maka sulit untuk bisa mencapai tujuan dari pendidikan, lembaga pendidikan dikatakan berhasil atau sukses mencapai tujuannya apabila target atau tolak ukur atau standart aturan dalam pendidikan dapat dicapai dengan baik, dan standart atau tolak ukur pendidikan tersebut terletak pada kurikulum yang berlaku, sehingga tanpa adanya kurikulum maka lembaga pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik dan tidak mampu melahirkan generasi emas yang dapat mengharumkan nama bagsa dan negara di masa yang akan datang.

 

Untuk itu pada masalah ini, saya akan mencoba menjelaskan mengenahi model-model konsep kurikulum. Ada empat model konsep kurikulum, diantaranya: kurikulum subjek akademis, kurikulum humanistik, kurikulum rekonstruksi sosial dan kurikulum teknologi.

 

  • PEMBAHASAN

MACAM-MACAM MODEL KONSEP KURIKULUM

 

Model konsep kurikulum yang berasal dari teori pendidikan klasik disebut kurikulum subjek akademis, kurikulum humanistik berasal dari pendidikan pribadi, kurikulum yang berasal dari teknologi pendidikan disebut kurikulum teknologis dan yang terakhir kurikulum rekonstruksi sosial yang bersal dari pendidikan instraksionis.

 

1. Kurikulum Subjek Akademis

Kurikulum subjek akademis ini adalah model kurikulum tertua, sejak awal berdirinya sekolah pertama kali, kurikulum yang digunakan mempunyai kemiripan dengan model kurikulum subjek akademis ini. Kurikulum subjek akademis ini memiliki sumber dari pendidikan klasik (esensialisme dan perenialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Fungsi pendidikan adalah untuk memelihara dan mewariskan hasil budaya dari masa lalu. Kurikulum lebih mengutamakan tentang isi dari pendidikan yang dapat diambil dari setiap disiplin ilmu yang ada. Sesuai dengan bidangnya para ahli masing-masing, setiap para ahli telah mengembangkan ilmu secara logis, solid dan sistematis.[5]

Para pengembang kurikulum tidak perlu menghadapi kesulitan dalam menyusun dan mengembangakan bahan sendiri, mereka tinggal memilih bahan materi yang telah dikembangkan para ahli disiplin ilmu, kemudian mereka harus mereorganisasikannya secara sistematis kembali sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahapan siswa yang mempelajarinya. Peranan guru sangat penting yaitu sebagai penyampai bahan ajar kepada para siswa, untuk itu sebelum menyampaikannya kepada siswa seorang guru tersebut harus menguasahi terlebih dahulu semua materi atau pengetahuan yang ada di dalam kurikulum. Minimal harus menguasahi bidang studi yang akan disampaikan kepada muridnya. Selain itu, sosok guru adalah sebagai contoh atau model di sekolah, apa yang akan disampaikan dan bagaimana cara penyampaiannya harus menjadi bagian dari pribadi seorang guru tersebut. Guru adalah digugu dan ditiru.[6]

Jerome bruner dalam The Process of Education menyarankan bahwa desain kurikulum sebaiknya didasarkan pada struktur disiplin ilmu. Sedangkan kurikulum mata pelajaran harus didasarkan pada pemahaman yang mendasar yang diperoleh dari prinsip-prinsip yang mendasarinya. Dalam perkembangn kurikulum subjek akademis ini terdapat tiga proses pendekatan yang dapat dilakukan, diantaranya: pendekatan pertama yaitu melanjutkan pendekatan sumber pengetahuan (para siswa diajarkan untuk mengetahui bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan sekedar mengingat-mengingatnya saja), Pendekatan yang kedua adalah studi yang integratif (respon terhadap perkembangan masyarakat mengenahi tuntutan model pengetahuan yang lebih komprehensif-terpadu). Dalam pendekatan ini, mereka mengembangkan model kurikulum yang terintegrasi (Integrated Curriculum) dan pendekatan ketiga adalah pendekatan yang biasanya dilakukan di sekolah-sekolah yang fundamentalis.[7]

Kegiatan yang lebih ditekankan pada pendekatan ini adalah membaca, menulis, dan memecahkan masalah-masalah matematis. Pelajaran-pelajaran seperti ilmu kealaman, ilmu sosial, yang di pelajari tanpa dihubung-hubungkan dengan kebutuhan dalam pemecahan maslah kehidupan sehari-hari. 

Ciri-Ciri Kurikulum Subjek Akademis 

Yang menjadi tujuan kurikulum subjek akademis adalah pemberian pengetahuan solid dan melatih para siswa dalam menggunakan ide-ide nya untuk proses penelitian yang akan dilakukan. Dengan memiliki pengetahuan yang luas, seorang siswa diharapkan memiliki konsep dan cara yang dapat dikembangkan dalam masyarakat luas. Sekolah harus bisa menjadi fasilitator agar siswa dapat merealisasikan kemampuan yang mereka miliki untuk menguasahi warisan budaya. Metode yang digunakan oleh model kurikulum subjek akademis ini adalah metode inkuiri dan ekspositori. Ide-ide yang telah diberikan oleh guru akan dilaksanakan oleh siswa sampai mereka menguasainya dan dapat memecahkan masalah yang dihadapinya tersebut. Untuk memperkaya pengetahuan yang dimiliki dapat dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku standart.[8] Ada beberapa pola organisasi isi kurikulum subjek akademis. Pola organisasi yang terpenting diantaranya:

1. Correlated Curriculum

Correlated Curriculum adalah  salah satu bentuk kurikulum yang menggabungkan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain, sehingga bahan pembahasan semakin luas. Soal Solat dapat dibicaran dalam pelajaran Fiqih atau Al quran. Sebagai contoh mata pelajaran Fiqih dapat dihubungkan dengan mata pelajaran Al-qur'an. Pada saat siwa mempelajari tentang Shalat dapat termasuk mata pelajaran al-qur'an dan Hadits (Surat al-fatihah dan surat lainnya) dan hadits yang berhubungan dengan solat.

Dalam Correlated Curriculum yang dikembangkan oleh ahli pendidik pada permulaan abad XX , menyatakan bahwa antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya saling memperkuat dan melengkapi sehingga membentuk keterkaitan.[9]  Dalam bentuk kurikulum korelasi ini ada 3 bentuk korelasi,[10] diantanya: 

  1. Korelasi Okasional atau Insidental: kurikulum yang dilaksankan secara tiba-tiba. Misalkan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dihubungkan dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
  2. Korelasi Etis: korelasi yang bertujuan untuk mendidik budi  pekerti siswa, misalkan di dalam mata pelajaran agama dibahas juga cara bagaimana menghormati tamu, orang tua, teman, dll.
  3. Korelasi Sistematis: kurikulum ini biasanya direncanakan oleh guru, misalkan cara bercocok tanam pagi dimasukkan atau disinggung dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.

2. Unified atau Concentrated Curriculum adalah pola organisasi yang terdiri dari bahan pelajaran yang tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencangkup materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.

3. Integrated Curriculum adalah salah satu jenis kurikulum yang memberikan kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan kerja kelompok, masyarakat dan lingkungan dijadikan sebagai sumber media pembelajaran, perbedaan individual anak sangat diperhatikan, dan mengikut sertakan siswa dalam membuat perencanan pelajaran.

Integrated Curriculum juga dikatakan sebagai suatu produk dari usaha pengintegrasian bahan pelajaran yang akan dilaksanakan dari berbagai macam pelajaran. Yang termasuk dalam Integrated Curriculum adalah Child Centered Curriculum (pusat perhatian utama terletak pada anak), The Social Curriculum (melegitimasi mata pelajaran yang ada dari keterpisahannya dengan fungsi utama dalam kehidupan yang menjadi dasar pengorganisasian pengalaman belajar), The Experience Curriculum (mempertimbangkan keberadaan anak didik dengan menggunakan pendekatan social function), Developmental Activity Curriculum (mementingkan minat dan tujuan anak), dan Core Curriculum (kurikulum bersumber dari adanya suatu masalah sosial/personal, yang memerlukan berbagai macam disiplin ilmu dalam proses pemecahannya).[11]

4. Problem Solving Curriculum adalah pola organisasi yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang telah dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran. [12]

Tentang kegiatan evaluasi, evaluasi pada model kurikulm subjek akademis ini dilakukan dengan singkat. Dengan menggunakan model evaluasi formatif dan sumatif.

 

  • Pemilihan Disiplin Ilmu

Ada beberapa saran yang dapat digunakan dalam proses pemilihan disiplin ilmu dari model kurikulum subjek akademis[13], diantaranya:

  1. Comprehensiveness (mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh)
  2. Social Utility (mengutamakan kebutuhan masyarakat)
  3. Prerequisite (menekankan pengetahuan dasar).
  • Penyesuaian Mata Pelajaran dengan Perkembangan Anak

Penyusunan bahan secara logis dan sistematis lebih diutamakan oleh para pengembang kurikulum subjek akademis. Pada umumnya mereka kurang memperhatikan bagaimana situasi siswa dalam proses belajar dan lebih perhatian kepada isi atau bahan yang diajarkan. Mereka menganggap materi yang diberikan bersifat universal, dan mengabaikan karakteristik siswa dan kebutuhan masyarakat setempat[14].

2. Kurikulum Humanistik

 Konsep kurikulum humanistik memandang kurikulum dijadikan sebagai alat untuk pengembangkan diri setiap individu siswa. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang bisa memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk bisa mewujudkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.[15]

  • Konsep Dasar

Kurikulum humanistik ini didasarkan pada konsep aliran pendidikan pribadi (Personalized Education) yaitu John Dewey (Progressive Education) dan J.J Rousseau (Romantic Education) semua aliran ini memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka mempunyai kepercayaan bahwa siswa adalah subjek utama dalam pendidikan (pusat kegiatan pendidikan). Mereka percaya bahwa setiap individu (siswa) memiliki kemampuan atau potensi yang bisa dikembangkan. Pendidikan tidak hanya mengarahkan atau membina manusia dari segi fisik dan intelektual saja melainkan  juga dari segi sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dll).[16]

Pendidikan mereka lebih ditekankan pada teknik bagaimana cara yang bisa dilakukan ketika mengajar siwa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau bersikap untuk menghadapi sesuatu. Dalam pendidkan tidak ada unsur pemaksaan , yang ada hanya dorongan dan rangsangan untuk berkembang. Ibarat seorang petani yang berusaha untuk menciptakan tanah yang gembur, air, uadra yang cukup, menghindarkan dari serangan hama semua itu dilakukan dengan maksd untuk bisa mendapatkan tamanan yang penuh dengan potensi.

  • Karakteristik Kurikulum Humanistik

Menurut pandangan para humanis, kurikulum berfungsi untuk menyediakan pengalaman berharga untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi seorang murid. Kurikulum humanistik menuntut hubungan emosioanal yang baik antara guru dan murid, seorang guru harus mampu menberikan dorongan kepada murid atas dasar saling percaya satu sama lain. Sesuai dengan prinsip yang telah dianut, kurikulum humanistik menekankan integrasi, yaitu kesatuan perilaku, bukan hanya yang bersifat intelektual melainkan juga yang bersifat emosional dan tindakan.

  • Dalam proses evaluasi, 

kurikulum humanistik memiliki model yang berbeda dari kurikulum lain, kurikulum humanistik tidak mempunyai kriteria pencapaian sebagaimana kurikulum subjek akademis. Sasaran mereka terletak pada perkembangan anak supaya menjadi manusia yang lebih terbuka, mampu berdiri sendiri.[17]

3. Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Kurikulum rekonstruksi sosial sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan keadaan sosial masyarakat dan dunia politik perkembangan ekonomi. Contoh dari kurikulum rekonstruksi sosial adalah masalah hak asasi kaum minoritas, keyakinan dalam intelektual masyarakat dan kemampuan dalam menentukan nasib sendiri sesuai arahan yang mereka inginkan.  Kurikulum rekonstruksi sosial ini di dukung oleh ide sosial yang dibatasi oleh konsensus sosial. Kurikulum rekonstruksi sosial ini dapat berkembang dengan cepat ketika dalam proses pengajarannya melibatkan peran orang tua dan masyarakat dan juga sekaligus sebagai pelayan sosial.[18] 

Tujuan dari kurikulum rekonstruksi sosial adalah untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai permasalahan yang dihadapi oleh manusia dan kemanusiaan. Kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi sosial antara lain melibatkan:

  1. Survey kritis terhadap suatu masyarakat
  2. Studi yang melihat hubungan yang terjadi antara ekonomi lokal dengan ekonomi sosial, nasional dan internasional.
  3. Berbagai pertimbangan perubahan politik
  4. Pembatasan kebutuhan dari masyarakat pada umumnya
  5. Studi tentang pengaruh sejarah dan kecenderungan situasi ekonomi lokal
  6. Uji coba mengenahi keterkaitan anatara praktik politik dan perekonomian[19]

Dalam model kurikulum ini, guru berperan sebagai media penghubung antara tujuan peserta didik dengan manfaat lokal, nasional dan internasional. Model pembelajaran yang dilakukan harus memenuhi tiga kriteria berikut, diantaranya nyata, membutuhkan tindakan, dan hal yang diajarkan harus mengandung nilai.[20]

 

  • Desain Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini, diantaranya[21]:

 

  1. Asumsi. Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatam atau gangguan  yang dihadapi oleh manusia. Contoh tantangan yang terjadi  berasal dari masalah ekonomi, sosial, psikologi, dll.
  2. Masalah-masalah sosial yang mendesak. Pertanyaan pertanyaan yang di maksud mengandung arti yang mendalam karena pertanyaan yang ada bukan hanya berasal dari bku-buku melainkan berasal dari kehidupan nyata dalam masyarakat. Seperti contoh: dapatkah kehidupan  seperti sekarang ini memberikan kekuatan untuk mengahadapi ancaman yang nantinya akan menggaggu integritas kemanusiaan?
  3. Pola-pola Organisasi. Pola organisasi kurikulum disusun bagaikan sebuah roda, dimana titik tengah dijadikan sebagai poros yang dipilih suatu masalah yang menjadi tema utama, dari tema utama ini akan dijabarkan sejumlah topik yang akan dibahas dalam diskusi-diskusi kelompok.

Komponen-Komponen Kurikulum

  1. Kurikulum rekonstruksi sosial memiliki konponen yang sama dengan model kurikulum yang lain, yang membedakan terletak pada bentuk-bentuknya[22].
  2. Tujuan dan isi kurikulum. Tujuan program pendidikan setiap tahun mengalami perubahan.
  3. Metode. Para pengembang kurikulum digunakan untuk mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasioanal dengan tujuan siswa.  Seorang guru berusaha membantu siswa untuk menemukan minat dan kebutuhannya.

Evaluasi. Evaluasi dalam kurikulum rekonstruksi sosial mencangkup spektrum yang sangat luas (kemampuan peserta didik untuk menyampaikan permasalahan yang ada, pemecahan masalah yang ada, pandangan tentang dunia, serta keinginan untuk mengambil tindakan atas ide yang ada, evaluasi dilakukan dengan melibatkan peran siswa.

4. Kurikulum Teknologi

Di dunia pendidikan, teknologi mempunyai peran yang sangat besar, teknologi sudah dikenal dalam bentuk pembelajaran yang berbasis komputer, kaset atau video pembelajaran.  Ada beberapa pihak yang belum menyadari tentang pentingnya teknologi. Keberadaan teknologi sangat membantu dalam menganalisis masalah kurikulum, mulai dari pembuatan, implementasi, evaluasi, dan pengelolaan instruksional. Bukti teknologi memengaruhi kurikulum adalah dengan dua cara, yaitu aplikasi dan teori.[23]

 

Aplikasi teknologi adalah suatu rencana penggunaan beragam alat dan media pembelajaran (tahapan basis intruksi). Sedangkan yang dimaksud sebagai teori adalah teknologi digunakan dalam proses pengembangan dan evaluasi mengenahi materi kurikulum dan instruksional. Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat teknologis yang digunakan untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan. Kurikulum yang berisi rencana rencana penggunaan berbagai alat dan media dalam proses pembelajarannya.  Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan video/film, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul, pengajaran dengan bantuan komputer.[24]

 Inti dari kurikulum teknologi adalah keyakinan bahwa meteri kurikulum yang akan digunakan oleh peserta didik sebaiknya dapat menghasilkan kompetensi khusus. Terdapat tiga permasalahan yang belum terpecahkan dalam kurikulum teknologi, yaitu: 

  1. Kesalahan hierarki dalam standart pemisahan dari penguasaan belajar
  2. Penerapan yang tidak tepat dalam menghadapi sesuatu yang tidak pasti
  3. Keterbatasan konsep individualisasi[25]

Peran teknologi dalam proses peningkatan kualitas kurikulum dengan cara memberikan kontribusi mengenahi keefektifan instruksional, tahapan instruksional serta memantau perkembangan peserta didik.

Kurangnya perhatian pada penerapan dan dinamika inovasi menjadi salah satu bentuk kelemahan kurikulum teknologi. Model teknologi seperti ini hanya menekankan pada pengembangan efektifitas produk saja, sedangkan linkungan yang lebih luas seperti organisasi sekolah, sikap guru, cara pandang masyarakat sangat kurang perhatian.[26]

 

  • Ciri-Ciri Kurikulum Teknologis 

Kurikulum yang dikembangkan berasal dari konsep teknologi pendidikan, memiliki beberapa ciri khusus[27], diantaranya:

  1. Tujuan (lebih diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku)
  2. Metode (pengajaran bersifat individual, setiap siswa akan menghadapi berbagai tugas yang harus diselesaikan dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing)
  3. Organisasi Bahan Ajar (banyak diambil dari disiplin ilmu yang telah mengalami modifikasi sehingga mampu mendukung penguasaan sesuatu kompetensi).
  4. Evaluasi (dilakukan setiap saat, akhir pelajaran ataupun akhir semester, umumnya berbentuk tes objektif).
  • ANALISIS PEMBAHASAN

 

Berdasarkan penjelasan yang sudah diuraikan diatas, dapat dipahami model-model konsep kurikulum terdiri dari empat macam, diantaranya ada kurikulum subjek akademik, kurikulum humanistik, kurikulum rekonstruksi sosial dan yang terakhir adalah kurikulum teknologi. Setiap model kurikulum mempunyai kriteria pencapaian yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran pada suatu lembaga pendidikan masing-masing. Penerapan kurikulum dalam pembelajaran disesuaikan dengan tingkat pendidikan tertentu. Adapun kurikulum pendidikan saat ini yang diterapkan di indonesia adalah model kurikulum 2013. Dimana sudah diketahui kurikulum 2013 adalah salah satu kurikulum yang berbasis kompetensi yang dulunya pernah digagas dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 20004 yang belum sempat terselesaikan karena adanya desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006.

Dengan adanya kurikulum 2013 ini, diharapkan seorang pendidik dan lembaga kependidikan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang utuh (menghasilkan lulusan yang kompetitif, inovatif, kreatif, kolaboratif serta berkarakter). Dari beberapa sumber menyatakan Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

Meningkatkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik

Sekolah dijadikan sebagai tempat yang dapat memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar

Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat

Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan

Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Jika dilihat dari karakteristik kurikulum 2013 diatas, sesuai dengan model konsep kurikulum, meningkatkan keseimbangan spiritual, sosial dan intelektual merupakan salah satu ciri kurikulum subjek akademis. Sedangkan memanfaatkan masyarakat sebagai media sumber belajar merupakan ciri dari model kurikulum rekonstruksi sosial. Mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan merupakan ciri kurikulum humanistik dan mengakumulasikan antar mata pelajaran untuk prinsip saling memperkuat adalah bentuk ciri dari model kurikulum teknologis.

 

Jadi, dari sini dapat dipahami bahwa kurikulum 2013 termasuk kumpulan atau gabungan dari berbagai model konsep kurikulum yang ada. Setiap model kurikulum mempunyai fungsi masing masing sesuai dengan bidangnya. Untuk itu diharapkan dengan adanya kurikulum 2013 ini dapat membawa Indonesia menuju kejayaan yang dapat melahirkan generasi yang berkualitas sebagai penerus bangsa.

 

  • PENUTUP

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa model konsep kurikulum ada 4 macam, diantaranya Model konsep kurikulum yang berasal dari teori pendidikan klasik disebut kurikulum subjek akademis, kurikulum humanistik berasal dari pendidikan pribadi, kurikulum yang berasal dari teknologi pendidikan disebut kurikulum teknologis dan yang terakhir kurikulum rekonstruksi sosial yang bersal dari pendidikan instraksionis.

1. Model Kurikulum Subjek Akademik

Kurikulum subjek akademis ini memiliki sumber dari pendidikan klasik (esensialisme dan perenialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Kurikulum lebih mengutamakan tentang isi dari pendidikan yang dapat diambil dari setiap disiplin ilmu yang ada. Sesuai dengan bidangnya para ahli masing-masing,

2. Kurikulum Humanistik

Konsep kurikulum humanistik memandang kurikulum dijadikan sebagai alat untuk pengembangkan diri setiap individu siswa. Dalam proses evaluasi, kurikulum humanistik tidak mempunyai kriteria pencapaian, Sasaran mereka terletak pada perkembangan anak supaya menjadi manusia yang lebih terbuka, mampu berdiri sendiri

3. Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Kurikulum rekonstruksi sosial sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan keadaan sosial masyarakat dan dunia politik perkembangan ekonomi. Dalam model kurikulum ini, guru berperan sebagai media penghubung antara tujuan peserta didik dengan manfaat lokal, nasional dan internasional.

4. Kurikulum Teknologi

Kurikulum yang berisi rencana rencana penggunaan berbagai alat dan media dalam proses pembelajarannya.  Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan video/film, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul, pengajaran dengan bantuan komputer.

Inti dari kurikulum teknologi adalah keyakinan bahwa meteri kurikulum yang akan digunakan oleh peserta didik sebaiknya dapat menghasilkan kompetensi khusus.

 

  • DAFTAR PUSTAKA

 

M Ahmad, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 1998),

 

S Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 1989),

 

Zainal Arifin, Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam, (Jogjakarta:Diva Press, 2012),

 

S Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Bandung:Jemars, 1982),

 

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),

 

Abu Ahmadi, Pengantar Kurikulum, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984),

 

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jogjakarta: Ar Ruzz, 2007),

 

Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009),

 

Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),

 

Agus Zaenul Fitri, Manajemen Kurikulum Penddidikan Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), (online)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun