Mohon tunggu...
Faradina Milla Maula
Faradina Milla Maula Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Manajemen Pendidikan Islam UIN Malang 2017 Manajemen Pendidikan UNY 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Kurikulum

2 September 2019   19:36 Diperbarui: 2 September 2019   19:40 3472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Yang menjadi tujuan kurikulum subjek akademis adalah pemberian pengetahuan solid dan melatih para siswa dalam menggunakan ide-ide nya untuk proses penelitian yang akan dilakukan. Dengan memiliki pengetahuan yang luas, seorang siswa diharapkan memiliki konsep dan cara yang dapat dikembangkan dalam masyarakat luas. Sekolah harus bisa menjadi fasilitator agar siswa dapat merealisasikan kemampuan yang mereka miliki untuk menguasahi warisan budaya. Metode yang digunakan oleh model kurikulum subjek akademis ini adalah metode inkuiri dan ekspositori. Ide-ide yang telah diberikan oleh guru akan dilaksanakan oleh siswa sampai mereka menguasainya dan dapat memecahkan masalah yang dihadapinya tersebut. Untuk memperkaya pengetahuan yang dimiliki dapat dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku standart.[8] Ada beberapa pola organisasi isi kurikulum subjek akademis. Pola organisasi yang terpenting diantaranya:

1. Correlated Curriculum

Correlated Curriculum adalah  salah satu bentuk kurikulum yang menggabungkan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain, sehingga bahan pembahasan semakin luas. Soal Solat dapat dibicaran dalam pelajaran Fiqih atau Al quran. Sebagai contoh mata pelajaran Fiqih dapat dihubungkan dengan mata pelajaran Al-qur'an. Pada saat siwa mempelajari tentang Shalat dapat termasuk mata pelajaran al-qur'an dan Hadits (Surat al-fatihah dan surat lainnya) dan hadits yang berhubungan dengan solat.

Dalam Correlated Curriculum yang dikembangkan oleh ahli pendidik pada permulaan abad XX , menyatakan bahwa antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya saling memperkuat dan melengkapi sehingga membentuk keterkaitan.[9]  Dalam bentuk kurikulum korelasi ini ada 3 bentuk korelasi,[10] diantanya: 

  1. Korelasi Okasional atau Insidental: kurikulum yang dilaksankan secara tiba-tiba. Misalkan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dihubungkan dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
  2. Korelasi Etis: korelasi yang bertujuan untuk mendidik budi  pekerti siswa, misalkan di dalam mata pelajaran agama dibahas juga cara bagaimana menghormati tamu, orang tua, teman, dll.
  3. Korelasi Sistematis: kurikulum ini biasanya direncanakan oleh guru, misalkan cara bercocok tanam pagi dimasukkan atau disinggung dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.

2. Unified atau Concentrated Curriculum adalah pola organisasi yang terdiri dari bahan pelajaran yang tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencangkup materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.

3. Integrated Curriculum adalah salah satu jenis kurikulum yang memberikan kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan kerja kelompok, masyarakat dan lingkungan dijadikan sebagai sumber media pembelajaran, perbedaan individual anak sangat diperhatikan, dan mengikut sertakan siswa dalam membuat perencanan pelajaran.

Integrated Curriculum juga dikatakan sebagai suatu produk dari usaha pengintegrasian bahan pelajaran yang akan dilaksanakan dari berbagai macam pelajaran. Yang termasuk dalam Integrated Curriculum adalah Child Centered Curriculum (pusat perhatian utama terletak pada anak), The Social Curriculum (melegitimasi mata pelajaran yang ada dari keterpisahannya dengan fungsi utama dalam kehidupan yang menjadi dasar pengorganisasian pengalaman belajar), The Experience Curriculum (mempertimbangkan keberadaan anak didik dengan menggunakan pendekatan social function), Developmental Activity Curriculum (mementingkan minat dan tujuan anak), dan Core Curriculum (kurikulum bersumber dari adanya suatu masalah sosial/personal, yang memerlukan berbagai macam disiplin ilmu dalam proses pemecahannya).[11]

4. Problem Solving Curriculum adalah pola organisasi yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang telah dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran. [12]

Tentang kegiatan evaluasi, evaluasi pada model kurikulm subjek akademis ini dilakukan dengan singkat. Dengan menggunakan model evaluasi formatif dan sumatif.

 

  • Pemilihan Disiplin Ilmu

Ada beberapa saran yang dapat digunakan dalam proses pemilihan disiplin ilmu dari model kurikulum subjek akademis[13], diantaranya:

  1. Comprehensiveness (mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh)
  2. Social Utility (mengutamakan kebutuhan masyarakat)
  3. Prerequisite (menekankan pengetahuan dasar).
  • Penyesuaian Mata Pelajaran dengan Perkembangan Anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun