Ia memandangku dengan nanar, mirip seorang pedagang yang harta kekayaannya habis terbakar. Kemudian meraih bahuku dan mengguncangkannya dengan kasar.
"Engkau tahu betapa pentingnya kencanku kali ini. Engkau harus melakukan sesuatu untukku agar lelaki tua itu merasa aku cukup layak untuknya!"
Melihat keadaannya yang memelas kurengkuh tubuhnya. Memeluk sambil mengusap punggungnya.
"Tidak apa-apa," bujukku untuk meredakannya. "Aku akan menyiasatinya dengan memasang penahan dada dari kawat dan menyamarkan bagian pinggang agar nampak ramping. Engkau masih sangat cantik nona Liu."
Rupanya ia mulai termakan bujukanku. Terhenyak di sofa reyot yang sering kugunakan merebahkan diri bila selesai bekerja.
"Engkau satu-satunya lelaki paling baik kepadaku tanpa mengincar tubuhku," sanjungnya dengan napas tersengal.
Aku tidak menanggapinya. Kualihkan perhatianku kepada kain yang dia bawa. Aku bermaksud merancang baju tradisional ciongsam yang akan membuatnya tampak anggun dan berkelas. Dengan kerah tinggi guna menopang lehernya yang jenjang.
"Aku akan pergi tiga malam," ujarnya lebih lanjut. Kali ini nadanya lebih datar, pertanda membaiknya suasana hati. "Bagaimana bila Xia-Xia kutitipkan kepadamu? Aku akan membayarnya untuk itu."
"Aku akan senang melakukannya," jawabku berbalik menghadapnya. "Engkau tidak usah bertindak berlebihan."
Sebelum beranjak nona Liu meraih kedua tanganku dan menggenggamnya erat.
"Seandainya lelaki itu tak bersedia menerima anakku, maukah engkau memeliharanya untukku? Aku tidak akan pernah lupa mengirimkan uang bulanan untukmu."