Anda juga bisa mengajaknya berdiskusi dari hati ke hati tentang dampak negatif bermain game terlalu lama.Â
Seorang anak meskipun masih balita, dia adalah pendengar yang baik, jangankan balita, bayi dalam kandungan adalah juga pendengar baik.Â
Ketika anak terbiasa diajak berdiskusi dari hati ke hati, maka dia akan menjadi pribadi empati yang bisa memahami keadaan.Â
Sehingga saat dia memasuki usia remaja, anak akan mudah diarahkan, dia memahami kapan saatnya membagi waktu antara kewajibannya untuk belajar, dan hak untuk bermain game.Â
Sehingga saat dewasa, dia akan menjadi kepribadian yang pintar membagi waktu. Jadi Anda tak perlu lagi gontok-gontokan perang dunia dengan anak demi memaksakan kehendak.
Membangun kesadaran anak tentang game
Jadi sebetulnya anak kecanduan game akibat kesalahan siapa? Pola asuh orangtua, kesalahan anak sendiri, atau kesalahan produsen game?Â
Keinginan mati-matian untuk memblokirnya tidak akan efektif. Sebab tidak beda jauh seperti saat lalu, orangtua mati-matian melarang dan membatasi anak menonton TV
Toh akhirnya dia bisa nonton di rumah tetangga, atau teman-temannya, malah tanpa pengawasan, dengan acara-acara TV yang tidak jelas, bukankah justru lebih berbahaya?
Alangkah lebih efektifnya jika membangun kesadaran pada anak, dengan mengajaknya berdiskusi dan berbicara dari hati ke hati tentang dampak negatif dari game.Â
Sebab kita tak bisa serta merta menutup mata dan pendengaran mereka dari game yang ada. Karena hal itu terlalu mustahil di zaman globalisasi yang segalanya tanpa jarak, ruang, dan waktu.Â